Apa yang harus diucapkan ketika bertamu di rumah teman

Apa yang harus diucapkan ketika bertamu di rumah teman

Apa yang harus diucapkan ketika bertamu di rumah teman

BincangSyariah.Com – Ketika kita hendak memasuki rumah kita, atau hendak masuk rumah orang lain saat bertamu, maka kita dianjurkan untuk mengucapkan salam. Ucapan salam paling sedikit adalah sebagai berikut;

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

Apa yang harus diucapkan ketika bertamu di rumah teman

Assalamu ‘alaikum.

Semoga keselamatan atas kalian.

Adapun ucapan salam yang paling lengkap adalah sebagai berikut;

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْل الْبَيْتِ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin, assalaamu ‘alaikum ahlal baiti wa rohmatullaahi wa barokaatuh.

Semoga keselamatan atas kita dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Semoga keselamatan atas kalian, wahai penghuni rumah, juga rahmat Allah dan keberkahan-Nya.

Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah berikut;

يُسْتَحَبُّ إِذَا دَخَل بَيْتَهُ أَنْ يُسَلِّمَ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ أَحَدٌ وَلْيَقُل: السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ وَكَذَا إِذَا دَخَل مَسْجِدًا، أَوْ بَيْتًا لِغَيْرِهِ فِيهِ أَحَدٌ، يُسْتَحَبُّ أَنْ يُسَلِّمَ وَأَنْ يَقُول: السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْل الْبَيْتِ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Disunnahkan bagi seseorang ketika hendak memasuki rumahnya untuk mengucapkan salam meskipun tidak ada orang. Hendaknya dia mengucapkan; Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin. Begitu juga ketika dia hendak memasuki masjid, atau hendak memasuki orang lain yang ada orangnya, maka dia dianjurkan mengucapkan salam dan mengatakan; Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin, assalaamu ‘alaikum ahlal baiti wa rohmatullaahi wa barokaatuh.

Anak-anak penting belajar tentang adab bertamu dan bermain di rumah teman. Kalo orang Sunda mah bilangnya, “It’s important to have etiquette, manners, and polite.”

Baru-baru ini seorang anak tetangga berhenti di depan rumah saya dan menggedor pagar cukup keras. Saya kaget. Saya kira siapa, rupanya Si Kiki (bukan nama sebenarnya).

Saya pun salah menyapa namanya karena baru bertemu sekali, waktu kami sedang jalan pagi dan berpapasan dengan ibunya yang sedang hamil. Puteri saya, Maetami (4 tahun) berkenalan dengan Kiki waktu itu.

Maetami yang sedang senang-senangnya berteman tentu saja girang bukan kepalang. Dia mempersilakan Kiki masuk dan mengajaknya bermain bersama.

Kejadian berikutnya sesaat setelah Kiki masuk pagar benar-benar di luar dugaan.

Anak itu nyelonong masuk ke dalam rumah, padahal Maetami mengajaknya bermain di teras. Kebetulan teras rumah kami cukup luas dan mainan anak semua saya taruh di sana.

Kiki langsung rebahan di kasur santai, persis di depan televisi. Itu sebetulnya kasur untuk si kembar tidur siang.

Dia menonton bersama anak kembar saya, sementara Maetami tetap bermain di luar. Dalam hati saya bertanya, “Ini anak mau main sama anak gw, atau cuma mau numpang nonton kartun doang?”

Tak lama Kiki keluar dan menghampiri Mae. Lagi-lagi dia bikin ulah. Dia merebut mainan Mae. Saya mendengar si kakak berkata, “Jangan, ini punyaku. Kamu main ini aja.”

Anak perempuan yang usianya sudah tujuh tahun itu beranjak dari Mae, kemudian membongkar seluruh mainan yang saya simpan dalam kardus besar di teras. Dia mengeluarkan seluruh isinya, mengambil mainan yang dia suka. Setelah bosan, dia membiarkan mainan itu tergeletak begitu saja, kemudian meraih mainan lainnya.

Beberapa waktu kemudian Kiki kembali masuk ke rumah, nyelonong (lagi) mencari kamar mandi. Setelah menemukan kamar mandi, dia bilang mau cuci kaki, eh ternyata dia buang air kecil di lantai kamar mandi.

Masya Allah. Padahal aturan di rumah saya dilarang buang air kecil di lantai kamar mandi, harus duduk di toilet dan jangan lupa di-flush. Alhasil papanya Mae sore harinya harus membersihkan lantai kamar mandi yang bau pesing itu.

Saya sebetulnya mulai kesal, tapi bertahan waras karena Kiki masih anak-anak. Namun, tingkah lakunya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba dia bersorak memberhentikan seorang anak laki-laki yang dia sebut sepupunya, kemudian membuka pagar sambil mengajak anak laki-laki itu masuk dan bermain bersama.

Nah, masalahnya adalah saya tidak kenal dengan anak laki-laki itu, ditambah lagi anak itu tidak pakai masker. Hellow, ini kan musim virus ya? Syukurlah anak laki-laki itu gak sampai semenit meninggalkan rumah untuk bersepeda.

Tiba masanya Kiki sudah bosan bermain di rumah saya, lalu dia lagi-lagi bersorak, “Aku pulang dulu ya?” Dia membuka pagar sendiri dan membiarkannya dalam kondisi terbuka.

Saya istighfar setelah Maetami memberi tahu saya pagar rumah terbuka. Coba saja kalo saya tidak sadar pagar belum ditutup, bisa-bisa si kembar sudah lari dan berkeliaran di luar rumah.

Adab Bertamu ke Rumah Teman

Setelah anak laki-laki yang disebut Kiki saudaranya itu pulang, saya memberi tahu Kiki bahwa dia boleh mengajak teman ke rumah, tapi harus meminta izin saya dulu. Saya juga memberi tahu Kiki bahwa pagar rumah harus selalu dalam kondisi tertutup supaya adik bayi kembar tidak kabur.

Wajah anak itu mulai serius. Mungkin dia sekilas memandang saya sosok mengerikan. Faktanya saya pun mengajarkan hal sama pada Maetami.

Apa yang harus diucapkan ketika bertamu di rumah teman

Anak kita perlu diajarkan tata cara bertamu ke rumah temannya. Beberapa hal yang selalu saya ingatkan kepada Maetami adalah:

  • Mengucap salam ketika datang ke rumah teman dan pamit saat meninggalkan rumah teman.
  • Jangan lupa melepas alas kaki sebelum masuk pintu rumah orang. Memang betul, tidak semua rumah memberlakukan hal ini, tapi adab bertamu di Indonesia rata-rata begini.
  • Selalu ucapkan ‘tolong’ jika membutuhkan bantuan teman, serta ‘terima kasih’ jika dilayani teman dengan baik di rumahnya.
  • Jangan meminta makan atau mengambil makanan milik teman di rumahnya, kecuali ditawarkan.
  • Tidak boleh lompat-lompatan di atas kursi, kasur, dan furnitur di rumah teman.
  • Tidak boleh berkejaran di dalam rumah teman.
  • Tidak boleh berkeliaran di rumah teman, misalnya melihat kamar, dapur, halaman belakang, mengintip isi kulkas, dan sebagainya.
  • Jika ingin ke kamar mandi sebaiknya minta izin, atau pulang dulu ke rumah jika jaraknya dekat.
  • Minta izin jika ingin memainkan sesuatu. Ada mainan yang kadang tidak boleh dipinjam oleh teman.
  • Bersikap baik dengan saudara teman, khususnya adiknya. Bisa jadi sang adik ingin ikut bermain. Ajak adik teman bermain bersama jika memungkinkan.

Kiat Mengajarkan Anak Adab Bermain di Rumah Teman

Kita semua ingin anak-anak kita berperilaku sopan ketika berada di rumah orang lain. Sayangnya perilaku anak kita tak selamanya membuat tersenyum.

Terlepas anak kita berniat atau tidak, ada kalanya dia bersikap kasar, tidak sopan, nakal, jahat, dan berperilaku buruk. Jangan berkecil hati, berikut beberapa kiat mengajarkan anak adab bertamu dan bermain di rumah teman.

1. Latih anak di rumah

Jika kita ingin anak berperilaku sopan di mana pun berada, anak perlu berlatih setiap saat. Anak harus sopan dan baik hati di rumah dan di luar rumah.

Ketika kita membiarkan anak kita berteriak pada adiknya, tidak membereskan mainan setelah dimainkan, atau mengizinkannya berlarian ke sana kemari tanpa aturan di dalam rumah, jangan heran dia bisa bersikap lebih buruk di rumah temannya.

Practice makes perfect kan? Makanya kita perlu membiasakan anak bersikap sopan dengan memulainya dari rumah sendiri.

2. Jadilah teladan yang baik

Anak adalah gambaran orang tuanya. Kadang kita sebagai orang dewasa menunjukkan perilaku kurang pantas ketika bertamu ke rumah keluarga atau teman. Anak-anak kita melihat itu dan mereka akan berpikir boleh melakukan hal sama seiring bertambahnya usia.

Ini saya saksikan sendiri loh. Ketika saya baru pindah ke rumah kontrakan kami di Surabaya, beberapa tetangga masuk ke rumah dengan sedikit basa-basi ingin tahu bentuk dalam rumah. Apa tujuannya coba? Emang dia mau ngekos di rumah kita, gitu?

Saat makan, tunjukkan adab makan yang baik pada anak. Perlakukan seluruh anggota keluarga dengan hormat. Jangan berteriak atau berdebat dengan suara tinggi di depan anak.

Apa yang harus diucapkan ketika bertamu di rumah teman

Anak-anak melihat pentingnya berperilaku ramah dan sopan sebagaimana dicontohkan ayah ibunya.

3. Berlakukan batas waktu bermain

Saya beberapa kali mendapati ibu atau pengasuh mencari anaknya yang keasikan bermain di rumah teman. Kadang ibu atau pengasuhnya malu-malu memanggil si anak agar segera pulang.

Oleh sebab itu penting mengajarkan anak batas waktu bermain. Saya misalnya mengharuskan Maetami sudah berada di rumah pada tengah hari dan sebelum maghrib.

Berhubung anak saya belum bisa membaca jam, maka saya ajarkan cara menandainya dengan azan dzuhur atau maghrib. Anak saya harus membereskan mainan yang dia mainkan di rumah teman, kemudian berpamitan kepada pemilik rumah jika ingin pulang.

4. Kasih reward

Berikan hadiah atau reward kepada anak sekiranya dia berperilaku baik di rumah saudara atau temannya. Hadiahnya tak harus berupa barang mewah atau mainan mahal.

Saya sering kali memberikan Maetami hadiah berupa pelukan dan gendongan ibun selama beberapa menit.

Saya senang anak saya bermain di luar rumah. Toh, waktu kecil saya juga termasuk anak yang suka bertamu ke rumah teman, asal TAHU ATURAN.

Aturan-aturan dan tips di atas tidak hanya melindungi anak kita dari berperilaku tidak sopan, tapi sekaligus menjadikannya sosok teman yang menyenangkan.

Apa yang harus diucapkan ketika bertamu di rumah teman