Apa yang diperintahkan allah subhanahu wa taala bagi seluruh muslim dari peristiwa isra miraj

Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad SAW dan Islam. Melalui peristiwa ini, Rasulullah dapat melakukan perjalanan yang sangat jauh dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang kemudian berlanjut menuju ke Sidratul Muntaha dalam kurun waktu semalam. Melalui peristiwa ini pula, awal mula Rasulullah mendapatkan perintah melaksanakan shalat lima waktu yang dilaksanakan umat Islam hingga hari ini.

Sebelum peristiwa ini terjadi, Rasulullah telah berada di masa yang disebut sebagai “Tahun kesedihan”. Hal ini lantaran di masa itu Rasulullah mengalami banyak kehilangan orang-orang yang dicintainya. Karena itu dianggap pula bahwasanya Isra’ Mi’raj merupakan salah satu bentuk penghibur untuk Rasulullah pada masa-masa yang sulit.

Kemudian pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, Malaikat Jibril datang dan menjemput Rasulullah menggunakan Buraq untuk melakukan perjalanan Isra’, yaitu perjalanan dari Makkah menuju Yerusalem yang berjarak sekitar 1507,9 kilometer. Sebelum tiba di Baitul Maqdis, Malaikat Jibril terlebih dahulu membawa Rasulullah singgah di Madinah, Bukit Tursina, dan Bethlehem.

Perjalanan pun dilanjutkan dengan Mi’raj, yakni naiknya Rasulullah menuju Sidratul Muntaha ditemani oleh Malaikat Jibril untung bertemu langsung dengan Allah SWT. Disinilah Rasulullah menyaksikan banyak sekali kebesaran-kebesaran Allah SWT. Perjalanan Mi’raj adalah perjalanan dimensional yang mengantarkan Rasulullah menembus langit ke-1 hingga langit ke-7, dan pada tiap lapisan tersebut Rasulullah melihat secara langsung keagungan-keagungan Allah SWT.

Pada langit lapisan ke-1, Rasulullah dipertemukan dengan Nabi Adam AS, bapak dari seluruh umat manusia. Di langit ke-2, Rasulullah bertemu dengan Nabi Isa As dan Nabi Yahya AS. Di langit ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, dan ke-7 bertutut-turut Rasulullah bertemu dengan Nabi Yusuf AS, Nabi Idris AS, nabi Musa AS, dan Nabi Ibrahim AS bapak para nabi.

Tidak hanya pertemuan dengan para nabi terdahulu yang membuat Rasulullah takjub dengan kebesaran Allah, namun dalam perjalanan tersebut juga diceritakan tentang Baitul Ma’mur, dan Sidratul Muntaha. Dalam kisahnya, Baitul Ma’mur adalah tempat dimana Rasulullah berjumpa dengan Nabi Ibrahim AS. Kemudian sang Rasul bertanya pada Malaikat Jibril tentang Baitul Ma’mur, yang ternyata merupakan tempat ibadah para malaikat, dan setiap harinya tempat itu dimasuki oleh 70.000 malaikat yang tidak pernah keluar lagi. Hal ini menunjukkan ketaatan para malaikat Allah ketika menjalankan ibadah untuk menyembahNya. Merenungkan kisah Baitul Ma’mur sejatinya membuat kita sebagai umat muslim untuk semakin timbul rasa khusyu’ dan tunduk kepada Allah SWT.

Ujung perjalanan dari Mi’raj adalah Sidratul Muntaha, yaitu tempat Rasulullah bertemu dengan Allah SWT dan menerima perintah shalat wajib 50 waktu yang kemudian diringankan menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Dapat berjumpa langung dengan Allah SWT merupakan salah satu hal luar biasa yang pernah dialami Rasulullah semasa hidupnya, dan dari pertemuan tersebut dapat diambil hikmah bahwa perintah shalat 5 waktu adalah pesan penting yang mana Allah SWT secara langsung menyampaikannya kepada Rasulullah, sehingga sebagai umat muslim sudah sepatutnya kita memenuhi perintah tersebut. Wallahu a’lam bissawab.

Oleh : Zidni Akbarorrizkicheap shoes nike dunk sb silver box collection – Low shoes – GiftofvisionShops – nike jordans retro 1 camo shoes black friday deals , Sneakers – Women’s shoes | Clothes Online , Shoes Online , Giftofvision

Jakarta -

Isra Mi'raj yang akan dirayakan umat Islam pada Kamis 11 Maret 2021 disebutkan dalam Al Quran. Ayat-ayat inilah yang menjelaskan perjalanan Nabi Muhammad SAW dan Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga Sidratul Muntaha.

Peristiwa Isra Mi'raj dijelaskan dalam surat Al-Isra dan An-Najm. Al-Isra ayat satu menjelaskan peristiwa Isra dalam Isra Mi'raj, berikut ayatnya

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Arab-Latin: Sub-ḥānallażī asrā bi'abdihī lailam minal-masjidil-ḥarāmi ilal-masjidil-aqṣallażī bāraknā ḥaulahụ linuriyahụ min āyātinā, innahụ huwas-samī'ul-baṣīr

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Peristiwa mi'raj dalam Isra Mi'raj dijelaskan dalam surat An-Najm ayat 13-15, berikut ayatnya

13. وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ

Arab latin: wa laqad ra`āhu nazlatan ukhrā

Terjemah artinya: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain.

14. عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَىٰ

Arab latin: 'inda sidratil-muntahā

Artinya: (yaitu) di Sidratil Muntaha.

15. عِندَهَا جَنَّةُ ٱلْمَأْوَىٰٓ

Arab latin: 'indahā jannatul-ma`wā

Artinya: Di dekatnya ada surga tempat tinggal,

Dengan penjelasan dalam ayat Al Quran, maka tak ada alasan bagi muslim tidak mempercayai peristiwa tersebut. Apalagi Isra Mi'raj membawa sejumlah hikmah bagi kehidupan seorang muslim.

Salah satunya kewajiban sholat lima waktu sehari sesuai perintah Allah SWT. Selain itu, Allah SWT menunjukkan kebesaranNya dalam peristiwa tersebut. Allah SWT mempertemukan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril, Nabi Adam, Nabi Isa, Nabi Yusuf, Nabi Idris, Nabi Harun, Nabi Musa, Nabi Ibrahim.

(row/erd)

Perjalanan malam Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dikenal dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, secara umum diperingati setiap tanggal 27 Rajab. Di mana pada 1442 Hijriyah tahun ini bertepatan dengan Kamis, 11 Maret 2021.

Peristiwa tersebut diabadikan dalam Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS Al-Isra’: 1, sebagai sebuah perjalanan malam yang dikhususkan Nabi Muhammad pasca ditinggal pergi Sang Paman, Abu Thalib dan istri tercinta, Khatijah Radiyallahu ‘Anha.

Bahkan perjalanan lintas dimensi dari Masjidil Haram Makkah al-Mukarramah menuju Baitul Maqdis Yerussalem (Isra’), berlanjut menuju Sidratul Muntaha (Mi’raj) hanya dalam waktu semalam. Sang Nabi melaksanakan perjalanan malam bersama Jibril ‘Alaihi al-Salam, dengan mengendarai buraq (mirip kuda bersayap putih susu).

Saat tiba di Baitul Maqdis, Rasulullah melaksanakan shalat berjamaah sekaligus menjadi imam para Nabi terdahulu. Selanjutnya Sang Nabi ditawari gelas berisi anggur dan susu, Nabi pun memilih susu daripada anggur sebagai tanda sekaligus simbol di tengah jalan asketisme dan hedonisme.

Dari Baitul Maqdis Yerussalem, Nabi melakukan Mi’raj melampaui ruang dan waktu melintasi tujuh langit dan bertemu dengan sejumlah nabi terdahulu. Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam, dan Nabi Ibrahim di langit ketujuh.

Selanjutnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tiba di Sidratul Muntaha sebagai simbol puncak pengetahuan yang mungkin dicapai oleh mahluk. Segala sesuatu di atasnya merupakan misteri tersembunyi yang hanya diketahui oleh Sang Khaliq, ‘Azza wa Jalla.

Peristiwa tersebut dilukiskan dalam QS an-Nama: 16-18; “(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.”

Di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapatkan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melaksanakan shalat 50 kali dalam sehari semalam, selanjutnya ia turun dan kembali berpapasan dengan Nabi Musa ‘Alaihi al-Salam. Saat itu, Nabi Musa bertanya kepada Nabi Muhammad tentang jumlah kewajiban shalat dan menyampaikan jumlah shalat terlalu berat bagi umat Muhammad yang dinilai lemah.

Atas saran Nabi Musa, Nabi Muhammad kembali menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memohon keringanan jumlah kewajiban shalat. Bahkan saat kembali bersua Nabi Musa, Nabi kembali diminta untuk menghadap untuk memohon keringanan hingga akhirnya mendapat kewajiban shalat hanya 5 kali dalam sehari semalam.

Bahkan sekalipun Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah bolak-balik menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan kewajiban 5 kali dari 50 kali perintah pertama. Nabi Musa tetap menyarankan agar kembali menghadap Allah dan kembali meminta pengurangan jumlah. Namun Nabi Muhammad menjawab: “Aku sudah berkali-kali menghadap Tuhanku, memohon hingga merasa malu,”

Ketika kembali dari perjalanan malam, Nabi Muhammad kembali ke rumah Ummu Hani dan menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya. Mendengar kisah itu, Sang Sepupu membujuk Rasulullah agar tidak menyebarkan hal itu kepada masyarakat, terlebih di tengah kebencian Kafir Quraiys yang berusaha keras menyerang umat Islam.

Hanya saja Sang Nabi bersikukuh dan menyampaikan peristiwa yang dialaminya, hal tersebut menjadi momentum bagi Kafir Quraiys untuk mengolok-olok dan menyerang umat Islam. Bahkan mereka meyakini jika masyarakat mendengar apa yang diceritakan Nabi tentang kisah Isra’ Mi’raj, para pengikut Nabi bakal berbalik dukungan dan meyakini Sang Nabi mengarang cerita.

Peristiwa tersebut pada akhirnya juga sampai di telinga Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu, awalnya sang sahabat kesayangan mengira jika apa yang didengar sebagai sebuah karangan dan dusta dari para Kafir Quraiys. Namun saat diberitahu jika Nabi sendiri yang bercerita, Abu Bakar langsung sangat yakin jika peristiwa tersebut benar adanya.

“Kalaupun demikian yang dikatakan (Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentu beliau bicara yang sebenarnya. Beliau mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, dan aku meyakini yang kalian permasalahkan cuma sepele saja.” tegas Abu Bakar.

Dari keyakinan Abu Bakar terhadap Rasulullah inilah, gelar ash-Shiddiq disematkan untuknya sebagai sosok dewasa pertama yang menyatakan keislamannya kepada Nabi Muhammad. Ash-Shiddiq bermakna saksi kebenaran atau orang yang meyakini kebenaran.

Di sisi lain, peristiwa Isra’ Mi’raj menjadi ujian berat bagi umat Islam dalam meyakini sebuah agama sebagai jalan hidup mereka secara menyeluruh, sekalipun seseorang percaya atau tidak terhadap peristiwa tersebut juga tidak berpengaruh bagi Allah maupun ajaran-Nya. Tetapi orang yang mendapatkan hikmah akan memiliki keyakinan mendalam kepada Sang Khaliq.

“Katakanlah (Muhammad); berimanlah kamu kepadanya (Al-Qur’an) atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur’an) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud.” QS Al-Isra’: 107.

Berkenaan dengan peristiwa tersebut, Quraish Shihab menyebutkan dalam ‘Makna Isra’ Mi’raj’; terpenting dan sangat perlu dibahas dalam peristiwa perjalanan lintas dimensi ruang dan waktu bukanlah bagaimana, tetapi mengapa Isra’ dan Mi’raj terjadi?

Peristiwa Isra’ Mi’raj menjadi sangat penting karena di dalamnya terdapat kandungan perintah shalat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Terlebih pada hakikatnya, shalat menjadi sebuah kebutuhan mutlak untuk mewujudkan manusia seutuhnya, sekaligus menjadi gerbang yang menghubungkan mahluk dengan Sangat Khaliq.

Tidak kalah penting dari semua itu, shalat merupakan perintah agama yang diterima langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tanpa melalui perantara Jibril ‘Alaihi al-Salam. Shalat sebagai sebuah kebutuhan yang tidak hanya meliputi akal pikiran, tetapi juga jiwa manusia. Wallahu A’lam. [pin/kun]


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA