Apa yang dimaksud dengan wawancara serta sebutkan dan jelaskan jenis jenis wawancara?

Kapanlagi.com - Seringkali kita memang sering mendengar kata wawancara. Wawancara sendiri merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi. Tujuan dari wawancara sendiri tentu mencari keterangan atau pendapat tentang suatu permasalahan. Seseorang yang memberikan pertanyaan disebut dengan pewawancara. Adapun orang yang menjawab pertanyaan atau memberikan informasi disebut dengan narasumber. Umumnya, wawancara seringkali digunakan untuk sebuah karya jurnalistik.

Ya, bagi seseorang wartawan melakukan wawancara merupakan hal yang tidak boleh dilewatkan dan memang dibutuhkan keahlian khusus supaya mendapatkan sebuah informasi yang diinginkan. Perlu kalian ketahui pula jika terdapat jenis-jenis wawancara yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Supaya lebih jelas, berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai jenis wawancara yang perlu kalian ketahui. Apa saja? simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Jenis wawancara pertama yang perlu kalian ketahui yaitu wawancara standart. Wawancara ini seringkali kalian jumpai saat melakukan wawancara kerja. Saat melakukan wawancara ini, seseorang pelamar kerja akan diwawancarai oleh seorang pewawancara. Biasanya, pertanyaan yang diajukan seputar tujuan kalian melamar pekerjaan untuk menguji apakah pelamar pekerjaan tersebut merupakan kandidat yang tepat.

Selanjutnya, jenis wawancara yang perlu kalian ketahui yaitu wawancara fleksibel. Wawancara ini dilakukan dalam situasi yang alamiah. Tak heran bila kemudian prosesnya terjadi seperti obrolan biasa tanpa pertanyaan panduan khusus. Pewawancara dengan bebas menanyakan berbagai pertanyaan kepada narasumber dan terus mengalir sesuai dengan jawaban narasumber. Biasanya, tujuan dari wawancara ini untuk menggali isu tertentu.

Wawancara presentasi merupakan wawancara yang akan membahas isu bisnis dan diminta mempresentasikan solusi ke satu atau lebih karyawan perusahaan. Waktu yang diberikan kepada seseorang tersebut adalah 30 menit. Alokasinya adalah 15 menit untuk persiapan dan 15 menit untuk presentasi.

Dalam 5 menit pertama buat garis besar masalah dan tulis apa saja solusinya. Kemudian, dalam lima menit kedua, pilih solusi yang paling baik dan tuliskan point-pointnya. Kunci sukses menjalani wawancara ini adalah mempersiapkan bahan presentasi dengan cepat.

Jenis wawancara selanjutnya yaitu wawancara kasus. Biasanya, wawancara ini digunakan oleh sebuah perusahaan konsultan. Wawancara ini fokus pada bagaimana kalian menyelesaikan sebuah atau beberapa isu bisnis yang spesifik. Pertanyaan yang diajukan bisa berupa pertanyaan kuantitatif untuk mengetahui bagaimana kamu menangani kasus yang diberikan.

Jenis wawancara konferensi menjadi salah satu wawancara yang mungkin sudah kalian ketahui. Wawancara ini dilakukan oleh pewawancara dengan sejumlah narasumber. Wawancara ini seringkali kalian jumpai di acara televisi, talk show yang melibatkan sejumlah narasumber dan wawancara yang banyak dilakukan di acara-acara berita.

Wawancara kelompok merupakan jenis wawancara yang dilakukan oleh pewawancara kepada narasumber dan dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Tidak jauh berbeda dengan wawancara konferensi, bedanya wawancara kelompok memberikan suatu pertanyaan yang diajukan oleh setiap pewawancara berbeda-beda.

Wawancara tidak selalu dilakukan secara tatap muka. Ya, wawancara juga bisa dilakukan via telepon. Biasanya, wawancara ini dilakukan oleh seorang wartawan yang tidak bisa bertemu langsung dengan narasumber. Contoh mudahnya, seorang reporter sedang mewawancarai Menteri Pendidikan yang pada saat itu sedang berada di luar negeri dan hanya bisa melakukan wawancara via telepon. Meski melalui telepon, wawancara ini juga cukup efektif untuk dilakukan.

Dalam sebuah karya jurnalistik tentu saja ada beragam kejadian yang membuat wartawan harus wawancara secara langsung. Dalam wawancara yang disiarkan secara langsung, bagian yang terpenting dapat direkam untuk digunakan kelak sebagai ilustrasi audio yang aktual.

Wawancara langsung akan lebih menghidupkan sajian sebuah berita atau informasi karena pendengar dapat menerima langsung informasi dari narasumber. Wawancara langsung ini sendiri dapat menambah aspek human interest.

Selanjutnya, jenis wawancara yang sering kali dilakukan oleh wartawan yaitu wawancara di tempat kejadian. Jenis wawancara di tempat kejadian ini sering pula disebut sebagai on the spot interview. Cara wawancara seperti ini biasanya dilakukan saat sedang ada peristiwa kecelakaan besar atau ada bencana alam. Jadi, bisa dikatakan jika wawancara jenis ini tidak diduga-duga.

Selanjutnya, wawancara panel mungkin bagi sebagian orang belum mengetahuinya. Wawancara jenis dilakukan dimana seorang narasumber diwawancarai oleh 5 pewawancara. Bahkan, pewawancara akan memberikan beragam pertanyaan untuk dijawab oleh narasumber. Biasanya, narasumber akan merasakan gugup apabila dihadapi wawancara jenis ini. Meski begitu, ada beragam teknik yang digunakan untuk menjawab pertanyaan secara tepat dan tidak gugup.

Itulah sederet jenis wawancara yang perlu kalian ketahui. Dengan begitu, kalian bisa memperoleh pengetahuan mengenai jenis wawancara. Semoga bermanfaat.

Yuk Baca Lagi

Wawancara atau interview adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk memperoleh informasi.[1] Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau direkam secara audio, visual, atau audio visual. Wawancara merupakan kegiatan utama dalam kajian pengamatan. Pelaksanaan wawancara dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Wawancara langsung dilakukan dengan menemui secara langsung orang yang memiliki informasi yang dibutuhkan, sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan dengan menemui orang-orang lain yang dipandang dapat memberikan keterangan mengenai keadaan orang yang diperlukan datanya.[2] Pertukaran informasi dan ide melalui tanya-jawab dimaksudkan untuk membentuk makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan dalam penelitian untuk mengatasi kelemahan metode observasi dalam pengumpulan data. Informasi dari narasumber dapat dikaji lebih mendalam dengan memberikan interpretasi terhadap situasi dan fenomena yang terjadi.[3]

Wawancara Dada Rosada oleh beberapa wartawan.

Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Dalam bidang jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita (narasumber). Lazimnya dilakukan atas permintaan atau keinginan wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.

Bentuk wawancara

Bentuk-bentuk wawancara antara lain:

  1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan banyak orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kelompok di mana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.

Sukses tidaknya wawancara selain ditentukan oleh sikap wartawan juga ditentukan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup ikut ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan baik oleh nara sumber maupun wartawan.

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut.

  • Wawancara bebas

Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

  • Wawancara terpimpin

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.

  • Wawancara bebas terpimpin

Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

Berdasarkan susunan isinya

Berdasarkan susunan isinya, wawancara dapat dibedakan menjadi:[4]

  1. Wawancara terstruktur, kegiatan wawancara dilakukan dengan menyediakan daftar isian untuk mendapat jawaban dari responden.
  2. Wawancara semi-terstruktur, kegiatan wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa yang berbeda, tetapi informasi yang akan dikumpulkan dapat diketahui dengan jelas.
  3. Wawancara tidak-terstruktur, kegiatan wawancara terjadi secara tiba-tiba tanpa menyediakan daftar pertanyaan terlebih dahulu.

Wawancara dapat dilakukan dengan dua tujuan. Pertama, wawancara yang dilakukan untuk mengetahui data dari individu tertentu guna memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Individu yang diwawancarai disebut informan. Wawancara ini umumnya digunakan dalam penelitian kualitatif. Kedua, wawancara yang dilakukan untuk memperoleh data diri pribadi, prinsip, pendirian serta pandangan dari individu yang diwawancarai. Jenis wawancara ini umumnya digunakan dalam penelitian kuantitatif. Individu yang diwawancarai pada wawancara model pertama harus dipilih berdasarkan pada penilaian ahli. Sedangkan wawancara model kedua, individu yang diwawancarai harus mewakili populasi secara menyeluruh.[5]

Peran

Dalam wawancara diperlukan peran yang sesuai dengan prosedur wawancara. Individu yang terlibat di dalam wawancara harus saling memperkenalkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, pewawancara menjelaskan tujuan dan kegunaan wawancara serta alasan individu dilibatkan. Selanjutnya, pewawancara harus dapat menyampaikan semua pertanyaan kepada responden serta menciptakan hubungan baik dengan responden. Pewawancara juga harus mampu mencatat semua jawaban dari responden sambil menggali informasi lebih mendalam dari responden dengan mengajukan beberapa pertanyaan tambahan.[6]

Sikap-Sikap Pewawancara

Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:

  • Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.[7]

Jawaban-jawaban penelitian dapat diperoleh melalui wawancara. Hasil wawancara yang berisi jawaban dari responden, digunakan sebagai data untuk menganalisis kerangka acuan dalam menjawab pertanyaan penelitian atau menyelesaikan permasalahan penelitian. Wawancara yang ditujukan untuk kegiatan penelitian tidak hanya memiliki kegiatan interaksi dan komunikasi, melainkan menggunakan pedoman wawancara yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan penelitian.[8]

Wawancara digunakan sebagai alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh. Teknik wawancara umumnya digunakan dalam penelitian kualitatif. Tujuan penggunaan wawancara dalam penelitian kualitatif ialah untuk memperoleh keterangan sebagai data yang selanjutnya akan diproses sebagai informasi. Wawancara penelitian kuantitatif dilakukan secara tatap muka atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Dalam penelitian kualitatif, wawancara berlangsung lama karena peneliti dan informan terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti memperoleh informasi melalui dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa atau aloanamnesa. Autoanamnesa merupakan wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden, sedangkan aloanamnesa merupakan wawancara dengan keluarga responden.[9]

Membuat ide baru

Kegiatan wawancara dapat menghasilkan ide baru jika disertai dengan imajinasi dan naluri penyelidikan. Sudut pandang manusia yang berbeda-beda dapat diperoleh sebagai hasil dari wawancara.[10] Wawancara yang digunakan untuk keperluan penulisan karya ilmiah dapat terjadi jika telah direncanakan terlebih dahulu. Pewawancara harus menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai, mempersiapkan pedoman wawancara, dan mengolah hasil wawancara.[11]

Memahami subjek

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang beragam dari orang-orang pada berbagai peran dan situasi. Pandangan orang lain dapat diketahui melalui wawancara yang berpusat kepada subjek. Pemahaman terhadap subjek dapat dilakukan melalui wawancara dengan komunikasi dan dialog menggunakan bahasa. Pewawancara berperan sebagai pendengar langsung dari subjek. Informasi dari subjek akan dengan cepat dan langsung ke inti permasalahan jika proses wawancara berlangsung nyaman dan menggunakan prinsip keterbukaan informasi.[12]

Wikimedia Commons memiliki media mengenai Interviews.

  1. ^ Arum Sutrisni Putri (27 Januari 2020). "Wawancara: gurhvt dgv Pengertian dan Tahapan". Kompas.com.  Parameter |accesdate= yang tidak diketahui mengabaikan (|tanggal-akses= yang disarankan) (bantuan); line feed character di |title= pada posisi 22 (bantuan)
  2. ^ Mustari dan Rahman 2012, hlm. 54.
  3. ^ Zulmiyetri, dkk. (2019). Penulisan Karya Ilmiah (PDF). Jakarta: Prenadamedia Group. hlm. 258. ISBN 978-623-218-360-5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. ^ Mustari dan Rahman 2012, hlm. 54-55.
  5. ^ Mamik 2015, hlm. 111-112.
  6. ^ Mamik 2015, hlm. 112.
  7. ^ Kun Maryati & Suryawati. 2007. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Esis. Hlm. 138-139.
  8. ^ Ahyar 2018, hlm. 23.
  9. ^ Ahyar 2018, hlm. 37.
  10. ^ Suaedi 2015, hlm. 63.
  11. ^ Suaedi 2015, hlm. 36.
  12. ^ Idrus, M. S., dan Priyono (2014). Penelitian Kualitatif di Manajemen dan Bisnis (PDF). Sidoarjo: Zifatama Publishing. hlm. 135. ISBN 978-602-1662-08-3.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)

  1. Ahyar, Juni (2018). Penuntun Membuat Skripsi dan Menghadapi Presentasi Tanpa Stres (PDF). Bojonegoro: Pustaka Intermedia.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. Mamik (2015). Metode Kualitatif (PDF). Sidoarjo: Zifatama Publishing. ISBN 978-602-1662-65-6.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. Mustari, M., dan Rahman, M. T. (2012). Pengantar Metode Penelitian (PDF). Yogyakarta: LaksBang Pressindo. ISBN 978-979-26856-2-6.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  4. Suaedi (2015). Penulisan Ilmiah (PDF). Bogor: IPB Press. ISBN 978-979-493-889-8.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Campion, M.A., Campion, J.E., & Hudson, J.P., Jr. “Structured Interviewing: A Note on Incremental Validity and Alternative Question Types”,Journal of Applied Psychology, 79, 998-1002, 1994
  • Dick, Bob. Convergent Interviewing. Sessions 8 of Areol-Action Research and Evaluation, Southern Cross University, 2002
  • Foddy, William. Constructing Questions for Interviews, Cambridge University Press, 1993
  • General Accounting Office. Using Structured Interviewing Techniques. Program Evaluation and Methodology Division, Washington D.C., 1991
  • Groat, Linda & Wang, David. Architectural Research Methods, John Wiley & Sons, Inc
  • Hollowitz, J. & Wilson, C.E. “Structured Interviewing in Volunteer Selection”.Journal of Applied Communication Research, 21, 41-52, 1993
  • Kvale, Steinar. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing, Sage Publications, 1996
  • McNamara, Carter, PhD. General Guidelines for Conducting Interviews, Minnesota, 1999
  • Pawlas, G.E. “The Structured Interview: Three Dozen Questions to Ask Prospective Teachers”,NASSP Bulletin, 79, 62-65, 1995
  • Trochim, William, M.K. Types of Surveys, Research Methods Knowledge Base, 2002
  • Watts, G.E. “Effective Strategies in Selecting Quality Faculty”,Paper presented at the International Conference for Community College Chairs, Deans, & Other Instructional Leaders, Phx, AZ, 1993

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wawancara&oldid=21143780"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA