Apa saja yg harus diperhatikan bila seorang guru hendak menerapkan pembelajaran IPS melalui model interaktif pada siswa SD?

Sebagai sosok yang punya peran besar di kelas, guru berperan penting dalam penentuan kualitas pendidikan bangsa. Akan tetapi, guru juga manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, bukan berarti tidak belajar. Anda sebagai guru perlu membenahi beberapa hal agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Berikut 9 hal tersebut beserta solusinya agar proses belajar jadi lancar, serta menyenangkan.

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran

Solusi: Sebelum mengajar, hendaknya Anda sudah mempersiapkan segala hal yang diperlukan. Selain materi, bahan ajar, media atau alat pembelajaran pun sebaiknya disiapkan. Tidak perlu budget mahal, alat pembelajaran bisa Anda hasilkan dari bahan-bahan bekas di lingkungan sekitar. Semakin kreatif Anda, kemungkinan siswa akan antusias terhadap pelajaran pun semakin tinggi.

2. Buat metode belajar variatif

Solusi: Coba variasikan metode pengajaran yang Anda aplikasikan di kelas. Simak beberapa artikel berikut!

7 Strategi Kreatif Memacu Partisipasi Siswa dalam Kelas

Tingkatkan Keaktifan Siswa dengan Metode Pembelajaran Problem Based Learning

Menyampaikan Pelajaran Matematika Dengan ‘Math Manipulatives’ Agar Siswa Lebih Antusias

5 Langkah Tepat Agar Siswa Senang Belajar di Kelas

Coba 5 Kegiatan Berikut Untuk Mengaplikasikan Metode Pembelajaran Kolaboratif Pada Siswa

Ingin Kelas Lebih Interaktif? Praktikkan 5 Metode Pengajaran Berikut!

Jadilah Guru Inovatif Dengan Menerapkan 9 Metode Mengajar Ala Dragon Zakura!

Mari Mendidik Siswa dengan Kreatif Lewat Permainan Tradisional

3. Guru jarang membawa siswa ke dunia nyata

Solusi: Sebaiknya, penyampaian materi tidak hanya sebatas menjabarkan teori. Coba bawa siswa untuk melakukan observasi langsung ke lingkungan sekitar. Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap sesuatu pun lebih luas karena sudah terjun langsung. Tidak ada salahnya Anda mencoba praktikkan metode pengajaran saintifik.

4. Kurang memerhatikan kemampuan awal siswa

Apa saja yg harus diperhatikan bila seorang guru hendak menerapkan pembelajaran IPS melalui model interaktif pada siswa SD?
Memahami kemampuan siswa. (Sumber: everydayfeminism)

Solusi: Kelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya. Sesuaikan posisi tempat duduk agar siswa nyaman satu dengan yang lainnya. Pembagian kelompok ini ditujukan untuk pengembangan potensi siswa. Pasangkan siswa yang aktif dengan yang agak pasif, siswa yang gemar bicara dengan yang agak pendiam, dan sebagainya.

5. Kurang pendekatan ke siswa

Solusi: Coba kenali bagaimana lingkungan siswa di luar sekolah. Misalnya, mengadakan kunjungan ke rumah siswa yang agak bermasalah di sekolah. Berbicaralah dengan pihak orang tua/wali guna mengambil jalan keluar dari masalah yang timbul. Selain itu, sesekali ajak siswa bicara, tidak harus melulu seputar sekolah. Jadilah pendengar yang baik agar siswa menaruh kepercayaan serta terbuka pada Anda. Dengan demikian, guru bisa lebih memahami karakteristik siswa dan tahu cara menghadapinya.

6. Kurang menerapkan nilai, norma, etika

Apa saja yg harus diperhatikan bila seorang guru hendak menerapkan pembelajaran IPS melalui model interaktif pada siswa SD?
Membimbing siswa untuk tahu mana yang baik dan tidak. (Sumber: modernmom.com)

Solusi: Dalam mengajar, selalu selipkan unsur spiritual dan emosional agar siswa tumbuh jadi pribadi yang lebih baik. Tidak hanya cerdas, tapi juga terampil dan berkarakter. Anda bisa coba mengaplikasikan pola pembelajaran holistik. 

7. Peraturan kurang jelas

Solusi: Sejak awal masuk kelas, jelaskan tata tertib apa yang ingin Anda terapkan di kelas. Dengan memberitahu di awal, maka siswa akan belajar untuk disiplin dan bertanggung jawab pada setiap proses pembelajaran di kelas.

8. Tidak evaluasi

Solusi: Evaluasi harus terus dilakukan agar tahu apa yang harus dipertahankan, perbaiki, atau kembangkan. Hal ini juga berguna untuk mengukur kinerja dan pencapaian Anda selama mengajar.

9. Enggan mengembangkan diri

Apa saja yg harus diperhatikan bila seorang guru hendak menerapkan pembelajaran IPS melalui model interaktif pada siswa SD?
Seminar untuk guru. (Sumber: blogspot.com)

Solusi: Jangan cepat merasa puas. Teruslah kembangkan diri dengan banyak membaca buku, jurnal, referensi, tulis karya ilmiah, ikut seminar dan sebagainya. Cara ini sebaiknya dilakukan agar memperluas wawasan Anda sebagai guru. Juga, banyak melakukan pengamatan terhadap kejadian di sekitar dan mencari solusi untuk melatih kepekaan. 

Demikianlah 9 hal yang harus dibenahi guru agar proses belajar-mengajar semakin lancar, juga menyenangkan. Yuk terus perbaiki diri agar jadi sosok guru teladan. Ingat, guru teladan akan menghasilkan siswa berkualitas. Siswa berkualitas akan membuat negara kita maju. Semangat mencerdaskan bangsa, bapak/ibu guru! (TN)

                                            Oleh :

                                          H. Abdul Hamid,S,Ag M.M.Pd.

                                            Widyaiswara Ahli Madya IVc

Pendahuluan

     Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015  tentang Standar nasional Pendidikan pada pasal 19, ayat 1 mengamanatkan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kemudian dalam pasal 28, ayat 1 mengamanatkan bahwa: Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Berdasarkan kutipan regulasi pendidikan tersebut, dapat dipahami secara jelas bahwa proses pendidikan dan pembelajaran pada satuan pendidikan manapun, secara yuridis formal dituntut harus diselenggarakan secara aktif, inovatif, kreatif, dialogis, demokratis dan dalam suasana yang mengesankan dan bermakna bagi peserta didik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perundangan dan peraturan pendidikan yang berlaku di Indonesia, mengindikasikan pentingnya diterapkan strategi pembelajaran yang memperdayakan peserta didik. Dalam konteks ini, PAKEM sebagai salah satu pembelajaran yang telah dikembangkan dan sedang gencar dipromosikan implementasinya dalam praktik dunia pendidikan di Indonesia, memiliki singgungan dan relevansi yang kuat terhadap apa yang menjadi tuntutan yuridis formal ini ( Burhanuddin, 2014 : 49-50).

     Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah yang dalam pelaksanaannya siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

     Jika secara psikologis siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati terhadap guru, tidak tertarik dengan materi-materi pembelajaran, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap mata pelajaran.

     Dalam hal peningkatan prestasi belajar siswa ini diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

    Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2015:24). Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan, sehingga jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.

    Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Seseorang bisa dikatakan kreatif apabila ia secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif, yaitu hasil yang asli/orisinal dan sesuai dengan keperluan ( Ramli Ahmad , 2016 :50). Kreativitas siswa bisa dilihat pada kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan. Selain itu kreativitas siswa juga bisa dilihat dari kecekatannya dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. Kreatif juga dimaksudkan guru mampu memilih materi yang akan diberikan kepada siswa agar materi yang diberikan bisa sesuai dengan kemampuan siswa, memilih metode pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman siswa tentang materi yang diberikan dan memilih media yang tepat untuk memperlancar proses pembelajaran serta mampu menentukan evaluasi yang tepat untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang membuat siswa senang sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Tingginya waktu curah akan meningkatkan hasil belajar.

    Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidaklah efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa (Muslim, 2014 ) mengemukakan pengertian PAKEM dari dua dimensi yaitu dimensi guru dan dimensi siswa.

1. Dari dimensi guru:

  • dalam proses belajar mengajar guru aktif dalam memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan siswa,
  • guru harus kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu atau media pembelajaran,
  • pembelajaran efektif jika guru dapat mencapai tujuan pembelajaran,
  • agar pembelajaran menyenangkan guru harus bisa mengemas materi agar lebih mudah dipahami siswa, menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Dari dimensi siswa:

  • siswa harus aktif dalam bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya,
  • siswa kreatif dalam menulis /merangkum, merancang atau membuat sesuatu dan menemuakan seseatu yang baru bagi diri siswa,
  • keefektifan siswa bisa dilihat dari penguasaan ketrampilan yang dibutuhkan oleh siswa,
  • pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa berani mencoba atau berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan, berani mempertanyakan gagasan orang lain.

Pengertian

     Menurut Budimansyah, dkk (2013 :70) PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksutkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Selain itu menurut Utami (2010:23) PAKEM adalah suatu proses pembelajaran yang komunikatif dan interaktif antara sumber belajar, pendidik dan peserta didik.

       Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa PAKEM adalah suatu pembelajaran dimana terjadi hubungan yang komunikatif antar semua komponen pembelajaran sehingga mampu menanggapi suatu permasalahan yang terjadi serta mampu mencurahkan perhatiannya untuk belajar secara optimal.

      Menurut UNESCO dalam Ahmad Sanusi , dkk (2012 :38-39) memeparkan tentang empat pilar pendidikan yang sesuai denagan pembelajaran PAKEM yakni (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning how to live together. Empat pilar pendidikan tersebut memberikan indikasi bahwa hasil pendidikan dewasa ini diarahkan untuk dapat menghasilkan manusia yang memiliki ciri-ciri manusia paripurna sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. (1) Learning to know. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya hanya sebatas untuk mengetahui. Belajar ini termasuk dalam kategori sebagai belajar pada tingkat yang rendah, yakni belajar yang lebih menekankan pada ranah kognitif. (2) Learning to do. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk membuat peserta didik bukan hanya mengetahui, tetapi lebih kepada dapat melakukan atau mengerjakan kegiatan tertentu. Fokus pembelajaran pada pilar ini lebih memfokuskan pada ranah psikomotorik. (3) Learning to be. Dalam pilar ketiga ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk menjadikan peserta didik sebagai dirinya sendiri. Belajar dalam konteks ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan minat dan bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of intelligence). (4) Learning how to live together. Pilar keempat ini memaknai belajar sebagai upaya agar peserta didik dapat hidup bersama dengan sesamanya secara damai.

     Dikaitkan dengan tipe-tipe kecerdasan, maka pilar keempat ini berupaya untuk menjadikan peserta didik memiliki kecerdasan sosial (social intelligence). Di samping didasarkan pada upaya optimalisasi implimentasi konsep pembelajaran, pendekatan PAKEM menurut Khaerudin dalam http://www.texascollaborative.org (2013) juga didasarkan pada sejumlah asumsi tentang apa itu belajar. Sejumlah asumsi tentang belajar yang dimaksud, di antaranya:

  • Belajar adalah proses individual. Artinya kegiatan belajar tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, hanya orang yang bersangkutanlah yang dapat melakukannya. Ini berarti kegiatan belajar menuntut aktivitas orang yang sedang belajar.
  • Belajar adalah proses sosial. Kegiatan belajar harus dilakukan melalui interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Ini berarti seseorang yang belajar harus secara aktif berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, karena melalui interaksi social inilah akan diperoleh pengalaman sebagai hasil belajar.
  • Belajar adalah menyenangkan. Apabila kegiatan belajar dilakukan dengan sukarela, atas kesadaran dan kemauan sendiri, dan tanpa ada paksaan, maka kegiatan belajar akan menyenangkan. Karena itulah, setiap orang yang belajar harus melakukannya dengan penuh kesadaran bahwa belajar itu yang akan membawa manfaat bagi kelangsungan hidupnya. Dengan demikian maka kegiatan belajar benar-benar akan menyenangkan.
  • Belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti. Proses belajar akan terus berlangsung selama manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat seseorang berinteraksi dengan lingkungan, apakah itu disadari ataupun tidak dan terjadi perubahan perilaku dalam dirinya (kognitif, afektif, atau psikomotorik) maka pada dasarkan orang tersebut telah belajar. Proses ini tidak akan pernah berhenti selama seseorang masih hidup dan beraktivitas.
  • Belajar adalah membangun makna. Pada saat seseorang melakukan kegiatan belajar, pada hakikatnya ia menangkap dan membangun makna dari apa yang diamatinya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual (contextual learning) yang mengasumsikan bahwa otak secara alamiah mencari makna dari suatu permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan dimana seseorang tersebut berinteraksi.

Oleh karena itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM menurut Dasim Budimansyah, dkk (2013 :74-76) yaitu :

  1. Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
  2. Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
  3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
  4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
  5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
  6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
  7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
  8. Membedakan antara aktif fisikal dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok siswa duduk duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah cirri dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisikal. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.

     Syarat perkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut : takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan “PAKEM” Bila ditengok dari sejumlah teori yang tentunya berdasarkan hasil eksperimen, kemudian dari pengalaman orang, maupun pengalaman dari penulis sendiri. Menurut Utami (2010 : 42) manfaat dari penerapan PAKEM ini bagi siswa, guru dan sekolah di antaranya sebagai berikut :

  • Pembelajaran dengan model PAKEM membuat siswa benar-benar lebih asyik belajar, betah tinggal di kelas, karena guru tidak berperan sebagai orang yang paling tahu, melainkan berperan sebagai fasilitator yang dinamik dan kreatif.
  • Pembelajaran dengan model PAKEM memungkinkan munculnya berbagai potensi siswa.
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga menunjukkan sisi demokratis.
  • Pembelajaran dengan model PAKEM membuat guru bukanlah satu-satunya sumber belajar yang mutlak dan benar.
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga mendorong maksimalnya daya serap para siswa terhadap materi pelajaran.
  • Pembelajaran dengan model PAKEM akan mendorong perkembangan intelektual siswa (intellectual growth).
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga membantu perkembangan fisik siswa (physical development).
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga dapat membangun ketrampilan sosial siswa (building social skills).
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan membantu perkembangan emosi siswa (emotional development).
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong perkembangan kemampuan membaca dan berbahasa siswa (language and literacy development).
  • Pembelajaran dengan model PAKEM akan menumbuhkan daya kreativitas siswa (creativity).
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong anak untuk mencintai belajar sepanjang hidupnya.
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong kreativitas dan dedikasi guru.
  • Pembelajaran dengan model PAKEM juga mendorong keterlibatan orang tua.

Karakteristik PAKEM

    Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Menurut Suparlan (2008: 70-71), karakterisitk PAKEM, meliputi:

  1. Aktif: pembelajaran ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya, dalam hal ini guru terlibat secara aktif, baik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.
  2. Kreatif: Pembelajaran membangun kreativitas peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar dan sesama peserta didik, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk kreatif, yaitu merancang dan melaksanakan PAKEM.
  3. Efektif: Efektifitas pembelajaran akan mendongkrak kualitas hasil bekajar peseta didik.
  4. Menyenangkan: Pembelajaran diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dengan didukung lingkungan aman, bahan ajar relevan, menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umunya hal itu terjadi ketika dilakukan bersama dengan orang lain sebagai dorongan dan selingan humor serta istirahat dan jeda secara teratur. Selain itu, pembelajaran akan menyenangkan manakala secara sadar pikiran otak kiri dan kanan sadar, menantang peserta didik berekspresi dan berfikir jauh ke depan, serta mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang relaks.

     Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM adalah sebagai berikut.

  1. Mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik.
  2. Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.
  3. Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa.pajangan hasil karya siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran.
  4. Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit, kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai lima orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian dipajang.
  5. Dalam mengerjakan berbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya.
  6. Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang siswa.
  7. Pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikutinya (Suparlan, 2008: 73).

     Seperti yang dikemukakan oleh Budimansyah, dkk (2009:73) Selain ciri fisik yang ada dalam PAKEM, ada lima karakteristik utama yang dikemukakan oleh Utami (2010:37) dalam PAKEM, yaitu :

  1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan belajar melalui berbuat.
  2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
  3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
  4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
  5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

      Sementara itu ciri-ciri yang paling menonjol dalam PAKEM menurut Suparlan dalam Utami (2010 : 38 ) adalah sebagai berikut :

  1. Adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
  2. Sumber belajar yang beragam tersebut kemudian didisain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.
  3. Hasil kegiatan pembelajaran berupa karyakarya individu atau kelompok siswa dipajang di kelas.
  4. Aktivitas pembelajaran bervariasi secara aktif.
  5. Dalam mengerjakan berbagai tugas, para siswa baik secara individual maupun kelompok, mencoba mengembangkan kreativitas mereka semaksimal mungkin.
  6. Dalam menjalankan aktivitas, terlihat antusiasme dan rasa senang siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka

BSNP, 2006. Standar Isi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Budimansyah, Dasim. dkk. 2009. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Bandung: PT Genesindo

Chatarina, Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press

Dalyono, M. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Darhim. 1993. Workshop Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
 

Sumber :

Penulis :

Editor :