Apa saja peristiwa penting yang menunjukkan dukungan rakyat secara spontan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia?

Ilustrasi mendengarkan penyebaran pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui radio. /Unsplash.com/Dave Weatherall

PortalJember.com - Kunci jawaban Tema 7 kelas 5 halaman 93 Buku Tematik SD dan MI kurikulum 2013 edisi revisi 2017 tentang menceritakan kembali peristiwa setelah pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dapat dilihat pada artikel ini.

Sebelum melihat jawaban, adik-adik harus memeriksa soal terlebih dahulu.

Pembahasan berikut hanya berfungsi sebagai pembanding dan menyakinkan jawaban adik-adik.

Adik-adik sebaiknya mengerjakan dahulu soal-soal pada halaman 93 pembelajaran 2 secara mandiri maupun diskusi dengan teman.

Baca Juga: Mencari Kosakata Baku, Tidak Baku, Beserta Artinya, Kunci Jawaban Tema 7 kelas 5 Halaman 91 Subtema 2

>

Kunci jawaban berikut juga bisa menjadi acuan orang tua untuk menjawab dan mengajari anak selama belajar di rumah.

Berikut kunci jawaban Buku Tematik kelas 5 SD dan MI Tema 7 halaman 93 Subtema 2, dikutip PortalJember.com dari alumnus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember, Dwi Siti Nur Hayati, S.Pd.

Kunci Jawaban Ayo Berlatih Halaman 93

Ceritakan kembali secara tertulis peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada kolom tersebut.

Dukungan Spontan Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pada tanggal 20 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan bahwa Kesultanan Yogjakarta sanggup berdiri di belakang pemerintah pimpinan Soekarrio-Hatta. Pernyataan itu kemudian dipertegas pada tanggal 5 September 1945, yang isinya:

  • Bahwa Negeri Yogjakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dan Negara Republik Indonesia.
  • Sebagai kepala daerah, Sri sultan Hamengkubuwono IX memegang kekuasaan pemerintahan di wilayah Kesultanan Yogjakarta.
  • Bahwa hubungan antara Negeri Yogjakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat Negara Republik Indonesia bersifat Iangsung dan kami bertanggung jawab atas negeri kepada Presiden Republik Indonesia.

Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Rakyat Jakarta yang dipelopori oleh Angkatan Pemuda Indonesia (API) mengadakan rapat dan demontrasi untuk menyambut proklamasi di Lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945 yang dihadiri oleh 300 ribu orang.

Suasana semakin tegang, karena di Lapangan Ikada pasukan Jepang telah bersiaga Iengkap dengan senjata ditangan.

Untuk menghindari pertikaian dengan Jepang, Ir.Soekarno datang ke Lapangan Ikada dan meminta pada rakyat untuk tetap tenang dan kembali ke rumah masing-masing, mempencayakan semua permasalahan kepada para pemimpin Indonesia.

Sekutu sebagai pihak yang memenangkan perang, memerintahkan pada Jepang untuk:

  1. Melaksanakan semua perintah sekutu.
  2. Bertanggung jawab atas terjaminnya ketertiban umum dan keselamatan penduduk sipil serta tetap terpelihananya pemerintahan. Atas dasar perintah dari sekutu iniIah Jepang tidak mengakui kemendekaan Indonesia. Maka dengan semangat menyala-nyala bangsa Indonesia bertekad bulat untuk mempertahankan kemerdekaan. Maka terjadilah tindakan-tindakan heroik (tindakan yang dijiwai semangat perjuangan) di berbagai kota dan daerah Indonesia. Tujuan para pemuda berusaha melucuti senjata tentara Jepang, adalah :
    • Memperoleh senjata untuk mempertahankan kemerdekaan.
    • Agar senjata Jepang tidak jatuh ke tangan sekutu/Selanda
    • Mencegah agar Jepang tidak membabi buta menyerang rakyat Indonesia.

Baca juga Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)

Dukungan Spontan Terhadap Proklamasi, Tindakan-tindakan heroik yang terjadi antara lain:

  • Jakarta, BKR beserta pemuda menyerbu gudang senjata di Cilandak.
  • Bandung, Para pelajar dan pemuda bekas PETA berhasil merebut 9 panser, sedang pemuda dibantu kaum buruh berhasil menumpas dan menguasal pabrik senjata di Andir.
  • Surabaya, BKR berhasil merebut komplek penyimpanan senjata dan pemancar radio Embong Malang
  • Aceh, pelucutan senjata terjadi di Sigh, Seulimeun, Langsa dan Lhokseumawe.
  • Lampung, BKR dan pemuda melucuti senjata di Teluk Bitung, Kalianda, dan Menggala o Surakarta, Rakyat mengepung markas Kompetai.
  • Semarang, Peristiwa mi bermula dan terbunuhnya dr.Karyadi yang sedang meneliti air minum yang diduga ditaburi racun oheh Jepang. Pertempuran tersebut berlangsung sengit, banyak jatuh korban dan kedua behah pihak. Sampai sekarang pertempuran bersejarah tersebut dikenal dengan Pertempuran Lima Han di Semarang. (15 -20 Oktober 1945)
  • Yogjakarta, BKR dan para pemuda memaksa kompetai menyerah.
  • Markas Bocitai AL bagian udara di Maguwo juga dikepung.

Rapat Raksasa di Lapangan Ikada (ilustrasi foto/Historia)

Referensi : MODUL PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 UNTUK JENJANG SMP/MTs Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas VIII Semester Gasal. Direktorat Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Home IPS sejarah Sambutan dan Dukungan Spontan Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Berikut ini adalah pembahasan tentang Sambutan Rakyat di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dukungan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan indonesia, sambutan rakyat terhadap proklamasi, dukungan spontan terhadap proklamasi.

Peristiwa penting yang menunjukkan dukungan rakyat secara spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan.

Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan lkada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas.

Makna rapat raksasa di Lapangan Ikada bagi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut.

  1. Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
  2. Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat.
  3. Menanamkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.
  4. Rakyat mendukung pemerintahan yang baru terbentuk. Buktinya, setiap instruksi pimpinan mereka laksanakan.
Gambar: Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Usaha menegakkan kedaulatan juga terjadi di berbagai daerah dengan adanya tindakan heroik di berbagai kota yang mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Perebutan kekuasaan di Jogjakarta dimulai tanggal 26 September 1945 sejak pukul 10.00. WIB. Para pengawal pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melakukan aksi mogok. Mereka menuntut agar Jepang menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia.

Aksi mogok makin kuat ketika Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) menegaskan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di tangan pemerintah RI. Pada hari itu juga di Jogjakarta terbit surat kabar Kedaulatan Rakyat.

Para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil merebut kompleks penyimpanan senjata Jepang dan pemancar radio di Embong, Malang. Selain itu, terjadi insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya.

Insiden itu terjadi ketika beberapa orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atap hotel. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat.

Rakyat kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.

Gambar: Peristiwa Perobekan Bendera di Hotel Yamato Surabaya

Pada tanggal 14 Oktober 1945 para pemuda bermaksud memindahkan 400 orang tawanan Jepang (vateran Angkatan Laut) dari Pabrik Gula Cepiring menuju Penjara Bulu di Semarang.

Akan tetapi, di tengah perjalanan para tawanan itu melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh (batalyon setempat di bawah pimpinan Mayor Kido).

Situasi bertambah panas dengan desas-desus bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk Semarang yang ada di Candi.

Untuk membuktikan kebenaran desas desus tersebut, dr. Karyadi sebagai Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Parusara) melakukan pemeriksaan.

Namun, yang terjadi kemudian dr. Karyadi tewas di jalan Pandanaran, Semarang. Tewasnya dr. Karyadi menimbulkan kemarahan para pemuda Semarang.

Pada tanggal 15 Oktober 1945 pasukan Kidobutai melakukan serangan ke kota Semarang dan dihadapi oleh TKR dan laskar pejuang lainnya. Pertempuran berlangsung selama lima hari dan mereda setelah pemimpin TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang.

Kedatangan pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 juga mempercepat terjadinya gencatan senjata. Pasukan Sekutu akhirnya menawan dan melucuti tentara Jepang. Akibat pertempuran ini ribuan pemuda gugur dan dan ratusan orang Jepang tewas.

Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda dan nama dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit umum di Semarang.

Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Penguasa militer Jepang memerintahkan pembubaran organisasi itu dan para pemuda tidak boleh melakukan kegiatan perkumpulan.

Atas peringatan Jepang itu, para pemuda menolak keras. Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut para pemuda mengibarkan bendera Merah Putih dan berhasil melucuti senjata tentara Jepang.

Pada bulan Agustus 1945, para pemuda Bali telah membentuk organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Upaya perundingan untuk menegakkan kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi pihak Jepang selalu menghambat.

Atas tindakan tersebut pada tanggal 13 Desember 1945 para pemuda merebut kekuasaan dari Jepang secara serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan Jepang masih kuat.

Rakyat Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat, tetapi kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu yang sudah ada di Kalimantan.

Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu, sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan ( depan markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8000 orang dengan membawa bendera merah putih.

Rakyat Palembang dalam mendukung proklamasi dan menegakkan kedaulatan negara Indonesia dilakukan dengan jalan mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober 1945 yang dipimpin oleh dr. A.K. Gani.

Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Sumatra Selatan berada di bawah kekuasaan RI. Upaya penegakan kedaulatan di Sumatra Selatan tidak memerlukan kekerasan, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.

Para pemuda bergerak untuk merebut Pangkalan Udara Andir (sekarang Bandara Husein Sastranegara) dan gudang senjata dari tangan Jepang.

Gubernur Sam Ratulangi menyusun pemerintahan pada tanggal 19 Agustus 1945. Sementara itu, para pemuda bergerak untuk merebut gedung-gedung penting seperti stasiun radio dan tangsi polisi.

Bentrokan fisik antara pemuda dan antara Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.

Pada tanggal 8 Oktober 1945 rakyat mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Pada tanggal itu juga diumumkan bahwa Sumatra Selatan berada di bawah kekuasaan RI.

Para pemuda yang tergabung dalam API (Angkatan Pemuda Indonesia) melucuti senjata Jepang di Teluk Betung, Kalianda, dan Menggala.

Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.

Baca juga: Penyebaran Berita Proklamasi

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA