g. Dalam tafsir aL-Azhar
Ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang berlapang hati kepada sesamanya dengan memberi kesenangan dan kebajikan, maka Allah SWT
akan memberi kelapangan di dunia dan di akhirat.
58
Ayat inipun mengandung dua tafsir, pertama, jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia
disuruh berdiri sekalipun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut duduk dimuka, janganlah berkecil hati, melainkan hendaklah dia
berlapang dada, karena orang yang berlapang dada itulah kelak orang yang akan diangkat Allah SWT Iman dan Ilmunya, sehingga derajatnya
bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempat kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya. Kedua, memang ada orang
yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan,
“yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat raut muka, pada wajah, pada sinar mata orang yang
beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan bijaksana
”.
20
Iman memberi cahaya pada jiwa, sedangkan ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata. Iman dan Ilmu membuat orang jadi mantap,
agung, walau tidak ada pangkat dan jabatan yang disandangnya, sebab cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri.
Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengirimnya adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan
pekerjaan yang disangka menyembah Allah SWT, padahal mendurhakai Allah SWT. Sebaliknya orang yang berilmu saja tanpa disertai iman,
maka ilmunya itu dapat membahayakan dirinya sendiri ataupun bagi
20
Ibid., h. 7226.
sesama manusia. Ilmu manusia tentang atom misalnya, alangkah penting ilmu itu kalau disertai iman, karena dia akan membawa faedah yang besar
bagi seluruh manusia. Tetapi ilmu itupun dapat digunakan orang untuk memusnahkan sesama manusia, karena jiwanya yang tidak terkontrol oleh
iman kepada Allah SWT. Ayat tersebut di atas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk
mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majlis ilmu.
“Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi
dari Allah SWT ”.
21
Dan berbicara tentang etika atau akhlak. Ketika berada di majlis ilmu, etika dan akhlak tersebut antara lain ditujukan untuk terciptanya
ketertiban, kenyamanan, dan ketenangan suasana selama dalam majlis, sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Berarti
Islam memang memotivasi kepada manusia untuk giat menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan hal itu kedudukan kita akan tinggi dalam
pandangan Allah SWT. Dari berbagai pendapat di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
sebagai umat Islam yang taat pada Rasulullah SAW, harus menjaga sopan santun, etika, dan akhlak kita di manapun kita berada dan bagaimanapun
keadaan kita. Dan juga sebagai seorang muslim hendaknya kita saling tolong-menolong, memberi keluasan hati kepada saudara kita jika mereka
membutuhkannya. Sesungguhnya Allah SWT menyukai dan memuliakan orang-orang
yang telah beriman dan bertakwa dengan sebenar-benar iman, disertai dengan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat, baik ilmu umum maupun
ilmu agama. Menuntut ilmu pengetahuan dalam arti luas yaitu ilmu pengetahuan
umum dan ilmu agama, karena kedua ilmu tersebut yang dibutuhkan
21
Abuddin Nata, Al-Quran Dan Tafsirnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 157.
manusia, khususnya umat Islam agar ilmu pengetahuan yang dipelajari dan diperolehnya dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi
antara kedua ilmu itu harus saling berpadu, saling mengisi karena sejak awal mula aL-Quran diturunkan sudah mulai memerintahkan agar
membaca berpikir dengan menyebut nama Allah SWT berzikir.
1 :96
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.
Q.S. aL- „Alaq 96: 1”
.
22
Perintah Allah SWT bacalah berarti berpikirlah secara teratur dan sistematik dan terarah dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya.
Adapun dalam proses membaca harus dilaksanakan dengan menyebut nama Tuhanmu, berarti harus berpadu dengan zikir.
23
Karena mempelajari ilmu agama juga menjadi kewajiban bagi umat Islam sebagaimana firman
Allah SWT:
122 :9
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin pergi semuanya ke medan perang, mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepada-Nya, supaya mereka itu dapat menyadari
dirinya.” dalam Q.S. at-Taubah 9:122.
24
Ayat tersebut memberikan petunjuk tentang kewajiban memperdalam ilmu agama dalam arti mempelajari sekaligus mengajarkannya pada orang
lain, karena perbuatan ini juga mulia dan mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah SWT sama dengan berjihad mengangkat senjata
melawan musuh.
22
A.Soenarjo dkk, Op.Cit., h. 1079.
23
R.H.A.Sahirul Alim, Menguak keterpaduan Sains, Teknologi, dan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999, h. 102.
24
A. Soenarjo, dkk, Op.,Cit., h. 301-302.
B. Interpretasi data penelitian
1. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah
58:11
Sebagaimana dijelaskan pada penafsiran diatas, bahwasanya dalam Q.S aL-Mujadalah 58:11 terdapat beberapa nilai pendidikan yang perlu
diketahui. Diantara nilai-nilai tersebut adalah: a.
Perintah bersikap baik Toleransi terhadap sesama, misalnya dalam suatu majlis,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis,’ maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” Artinya akan ada
balasan setimpal dari Allah AWT. Sebagaimana dalam hadits sahih dikatakan:
“Barang siapa yang membangun sebuah masjid untuk Allah maka A
llah akan membangun untuknya sebuah rumah di dalam syurga”.
25
b. Ayat diatas masih merupakan perintah tuntunan akhlak, yaitu
menyangkut perbuatan dalam suatu majlis, bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam suatu majlis.
26
c. Pentingnya memiliki ke-Imanan yang tinggi, bahwa iman memberi
cahaya pada jiwa dan Allah SWT akan angkat derajat orang beriman. d.
Nilai lainnya adalah wajibnya ber-Ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata, dalam arti ilmu pengetahuan
“terbatas pada materi yang dapat ditangkap oleh panca indera atau masalah-masalah rasional yang dapat dipahami oleh akal saja. Mereka
tidak mempercayai berbagai sumber ilmu pengetahuan yang lain selain kedua sumber diatas”.
27
25
Muhammad Nasib aR-Rifai, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 2000, h. 629
26
M. Quraish Shihab, Op.,Cit, h. 77
27
Yusuf Qardhawi, Fiqih Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, Surabaya, Dunia Ilmu, 1997, h. 103
Jika dicermati dalam ayat 11 pun masih merupakan nilai tuntunan akhlak. Jika dalam ayat 10 menyangkut pembicaraan rahasia, maka
dalam ayat 11 adalah menyangkut etika perbuatan di muka umum majlis. Maksudnya adalah nilai tuntunan bagaimana menjalin
hubungan harmonis dalam satu majlis. Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kamu, oleh siapa pun:
“berlapang-lapanglah” yakni berupayalah dengan sungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam
majlis-majlis yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun bukan tempat untuk duduk, apabila diminta kepada kamu agar melakukan itu,
maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain dengan suka rela.
28
2. Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang
Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah 58:11
Dari kerangka pemikiran diatas, maka ada beberapa nilai terkandung, diantaranya:
a. Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang “beriman”,
yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menciptakan suasana damai, aman dan
tentram dalam masyarakat.
29
Maka nilai-nilai Ilahi, agama dan wahyu didudukan sebagai sumber konsultasi, sementara aspek-aspek
kehidupan lainnya didudukan sebagai nilai-nilai insani yang mempunyai relasi horisontal lateral atau lateral sekuensal yang harus
berhubungan vertikal linear dengan nilai- nilai Ilahi atau agama”.
30
b. Demikian pula, Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang
“berilmu” yang menggunakan ilmunya untuk menegakan kalimat Allah SWT.
“Berarti Islam memang memotivasi kepada manusia untuk giat menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan hal itu kedudukan kita akan
28
Ibid., h. 77
29
Departemen Agama Republik Indonesia., Op.,Cit, h. 26
30
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Disekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, h. 47.
tinggi dalam pandangan Allah SWT. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah SWT”.
31
c. Kemudian orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di
sisi Allah SWT ialah “orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu
yang diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-
Nya”.
32
Memang ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang keba
nyakan, “yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat raut muka, pada
wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan bijaksana. Akan tetapi kalau
tidak diamalkan sesuai perintah Allah maka akan sia- sia saja”.
33
3. Penerapan Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang
Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah 58:11
Di dalam pendidikan Islam sarat dengan nilai dalam arti mencakup nilai keimanan dan juga nilai ilmu pengetahuan tetapi ada beberapa hal
yang menjadi masalah dalam prakteknya yaitu adanya dikotomi antara ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu umum.
34
Jadi antara ilmu agama dan ilmu umum harus diseimbangkan melalui sistem yang terencana. Sebagaimana Fazlur Rahman yang menawarkan
salah satu pendekatan yaitu, dengan menerima pendidikan sekuler modern sebagaimana telah berkembang secara umum di dunia barat, dan mencoba
MengIslamkannya.
35
Pendekatan yang ditawarkan ini mempunyai dua tujuan yaitu, upaya membentuk watak pelajar dan mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan individu dan masyarakat. Para ahli berpendidikan modern “untuk menamai bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam
31
Abuddin Nata, Al-Quran Dan Tafsirnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 157.
32
Departemen Agama Republik Indonesia., h. 27.
33
Ibid., h. 7226.
34
Abuddin Nata., Op.,Cit, h 4
35
Fazlur Rahman.,Op.,Cit, h. 67
pada perangkat-perangkat yang lebih menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka
”.
36
Sedangkan Ismail Razi al-Faruqi juga menyatakan pandangan yang sama yaitu
“sistem pendidikan Islam harus dipadukan dengan sistem pendidikan sekuler, perpaduan kedua sistem pendidikan tersebut
diharapkan kan lebih banyak dilakukan dari pada sekedar memakai cara- cara sistem Islam dan cara-cara otonomi sistem sekuler
”.
37
Dari pandangan kedua tokoh tesebut pada dasarnya ada tiga pendekatan
pembaharuan pendidikan
Islam yaitu:
“Pertama mengIslamkan pendidikan sekuler modern, artinya menerima pendidikan
sekuler modern. Kedua menyederhanakan silabus-silabus tradisional, artinya mereformasi silabus-silabus pendidikan tradisional yang sarat
dengan materi tambahan yang tidak perlu. Ketiga, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan lama dengan cabang-cabang ilmu
pengetahuan baru ”.
38
Untuk melakukan integrasi ilmu perlu melalui uji kebenaran ilmu dan metodologi yang selama ini disebut sekuler. Dalam pelaksanaannya
pendidikan Islam harus mampu mengintegrasikan pendidikan Qalbiyah afektif yang selalu seiring dan berinteraksi dengan pendidikan Aqliyah
Kognitif serta
perlu diimbangi
dengan nilai-nilai
amaliyah Psikomotorik, sehingga dapat menimbulkan perilaku manusia yang
religius, memiliki integritas dan kecerdasan ”.
39
Dengan perpaduan itu Islam akan benar-benar ditempatkan sebagai akar semua ilmu, sistem pendidikan dan sistem sosial dan kedua sistem itu
harus dipadukan secara integral dari rumusan filosofis, sistem metodologi, kurikulum, materi, manajemen. Kemudian sistem pendidikan itu harus
diisi semangat Islam dan berfungsi sebagai bagian integral dari program
36
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas dan Transformasi Intelektual, Terj., Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka Pelajar 1985, h. 160.
37
Ismail Razi al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka Perpustakaan Salman Institut Teknologi, 1984, h. 21.
38
Muhaimin, dkk, Op.,Cit h. 39.
39
Hujair AH. Sanaky., Op.,Cit, h. 133.
idiologisnya, sehingga pendidikan Islam dapat meproduksi intelektual muslim dan mujtahid-mujtahid yang memiliki wawasan intelektual yang
unggul. Integrasi antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah akan dapat
membangun dan melahirkan kualitas perilaku manusia yang unggul insan kamil yaitu, manusia yang memiliki ideologi, pengetahuan, idealisme,
menghargai dan mentaati hukum, menghargai hak asasi manusia, menghargai perbedaan pluralisme, memiliki etos kerja, memiliki cita-
cita perjuangan, serta siap membangun dan mewujudkan tatanan dunia yang rahmatan lil alamin.
40
Peran pendidikan Islam dalam lembaga pendidikan sebagai tempat belajar mengajar yang dapat menghasilkan manusia berintelektual dan
berakidah, dan juga dalam masyarakat luas di mana di dalamnya berkembang budaya, sosial dan ekonomi pendidikan Islam harus memberi
keuntungan bagi sumber daya masyarakat itu, dalam arti luas maka pendidikan Islam harus mampu mengembangkan pemahaman kehidupan
manusia, kondisi lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara tegas aL-Quran telah mengatakan bahwa tidak sama antara orang yang
mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui. Dalam firmannya Allah SWT berkata:
...
“… Adakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”. QS. az-Zumar 39 : 9.
41
“Karena manusia telah diberi akal yang digunakan untuk berpikir, menganalisa, memahami apa-apa yang terjadi dalam hidupnya. Dengan
akalnya ia mengembangkan pengetahuannya sehingga menghasilkan
40
Abuddin Nata.,Op.,Cit h. 209
41
A. Soenarjo, Op.,Cit., Semarang: Thoha Putra, 1971, h. 747.
Video yang berhubungan