Apa rukun puasa yang ke 3?

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّغِيرِ حَتَّى يَكْبُرَ وَعَنْ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ أَوْ يُفِيقَ


“Ada tiga kelompok yang dibebaskan dari hukum, yaitu: (1) Orang yang tidur sehingga ia bangun. (2) Anak-anak sampai ia baligh. (3) Orang gila sampai ia sembuh,” (Hadis Shahih, riwayat Abu Dawud: 3822, al-Tirmidzi: 1343, al-Nasa'i: 3378, Ibn Majah: 2031, dan Ahmad: 910. teks hadis riwayat al-Nasa'i).
 

  • Mampu Berpuasa

 
Mereka yang tidak mampu berpuasa, karena sudah sangat tua, sakit dan sebagainya, tidak wajib berpuasa, kewajiban itu diganti dengan membayar fidyah. Firman Allah SWT: “Barang siapa yang sakit, atau sedang dalam perjalan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari-hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan”. (QS. al-Baqarah, 2:185). Pada ayat yang lain dijelaskan: “Dan wajib bagi mereka yang berat menjalankannya, (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin”. (QS. al-Baqarah, 2:184).


Syarat Sah Puasa


Pelaksanaan ibadah puasa menjadi sah, bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 

  • Beragama Islam, orang-orang nonmuslim tidak sah bila melakukan ibadah puasa.
  • Mumayyiz, yaitu seorang anak baik laki-laki ataupun perempuan yang telah memiliki kemampuan membedakan kebaikan dan keburukan.
  • Suci dari haid dan nifas, bagi perempuan yang sedang haid atau nifas (keluar darah sehabis melahirkan) tidak boleh berpuasa. Namun mereka wajib mengqadha (mengganti) puasa yang ditinggalkannya pada hari lain setelah mereka suci dari haid dan nifasnya. Keterangan dari hadis riwayat Aisyah ra. :


فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ


“…Kami diperintahkan Rasulullah SAW mengqadha puasa dan tidak disuruhnya untuk mengqadha shalat”. (Hadis Shahih, riwayat Muslim: 508).
 

  • Dikerjakan pada waktu yang diperkenankan puasa padanya, jika melaksanakan puasa pada waktu yang tidak diperbolehkan puasa padanya, maka puasanya tidak sah, bahkan tidak boleh dilakukan. Dilarang berpuasa pada (1) Hari raya ‘Idul Fitri. (2) Hari raya ‘Idul Adha. (3) Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 bulan Dzulhijjah. Dijelaskan dalam hadis Nabi SAW:


نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَالنَّحْرِ


"Nabi SAW melarang puasa pada hari Idul Fitri, dan Idul Adha”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1855 dan Muslim: 1921).


نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْفِطْرِوَيَوْمِ الْأَضْحَى وَأَيَّامِ التَّشْرِيقِ


"Nabi SAW melarang puasa pada hari Idul Fitri, Idul Adha, dan hari-hari Tasyriq”. (Hadis Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 772).


Rukun Puasa


Rukun adalah sesuatu yang harus dikerjakan, bila ditinggalkan salah satunya maka ibadahnya tidak sah. Rukun ibadah puasa ada dua macam yaitu:
 

  • Niat melaksanakan ibadah puasa, waktunya pada malam hari, sejak waktu Maghrib sampai waktu fajar. Keharusan niat dalam setiap ibadah termasuk ibadah puasa berdasarkan firman Allah SWT:


وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ 


“Dan tidakkah mereka diperintahkan, kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas semata-mata karena (menjalankan) agama dengan lurus...”. (QS. al-Bayyinah, 98:5).


Sabda Nabi Muhammad SAW:


إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ


"Sesungguhnya setiap amal itu harus disertai dengan niat…”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1 dan Muslim: 3530).


مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ


"Siapa yang tidak membulatkan niat puasa sebelum terbit fajar, maka tidak ada puasa baginya (tidak sah puasanya)”. (Hadis Shahih, riwayat Abu Dawud: 2098 al-Tirmidzi: 662, dan al-Nasa'i: 2293).


Pada puasa sunnah diperbolehkan niat di pagi harinya sampai menjelang waktu Dzuhur, berdasarkan hadis shahih sebagai berikut;


عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ فَقُلْنَا لَا قَالَ فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ فَقَالَ أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا فَأَكَلَ


“Dari Aisyah r.a. ia menuturkan, "suatu hari Nabi SAW. datang kepadaku dan bertanya, "Apakah kamu punya makanan?". Aku menjawab, "Tidak". Maka beliau bersabda, "Baiklah kalau begitu (hari ini) aku berpuasa". Kemudian pada hari yang lain beliau datang lagi kepadaku, lalu aku katakan kepadanya,”Wahai Rasulullah kami diberi hadiah makanan (haisun)". Beliau berkata, "Tunjukkan padaku, sebenarnya sejak pagi aku berpuasa". Kemudian beliau memakan makanan tadi,” (Hadis Shahih, riwayat Muslim: 1952, Abu Dawud: 2099, al-Tirmidzi: 666, al-Nasa'i: 2283, dan Ahmad: 24549).
 

  • Meninggalkan segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar di waktu Shubuh sampai terbenam matahari di waktu Maghrib. Berdasarkan Firman Allah SWT:


فَٱلۡـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبۡتَغُواْ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلۡخَيۡطُ ٱلۡأَبۡيَضُ مِنَ ٱلۡخَيۡطِ ٱلۡأَسۡوَدِ مِنَ ٱلۡفَجۡرِۖ ثُمَّ أَتِمُّواْ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيۡلِۚ

Rukun puasa ada 3 apa saja?

Rukun Puasa dalam Agama Islam.
Beragama Islam. Rukun puasa dalam agama Islam adalah seseorang yang akan menjalankan ibadah puasa harus memeluk atau sudah beragama Islam. ... .
Membaca Niat. Sebelumnya juga sudah dijelaskan jika ibadah puasa dalam agama Islam akan diawali dengan membaca niat. ... .
Menahan dan Mengontrol Diri..

Rukun puasa itu ada berapa?

Mengutip NU Online, terdapat 2 rukun puasa, yakni: niat puasa dan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya.

Apa itu Rukun puasa sebutkan?

Dalam menjalankan ibadah puasa, penting bagi seluruh umat Islam untuk mengetahui rukun puasa. Perlu diketahui, ada dua rukun puasa yang wajib untuk dimengerti yakni niat dan menahan diri.

Rukun puasa ada 2 yaitu apa?

Syarat merupakan sesuatu yang wajib dilakukan sebelum melakukan ibadah, sedangkan rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi di dalam menjalankan ibadah. Adapun puasa memiliki dua rukun yang harus dilakukan, yakni niat dan menjaga diri dari perkara yang membatalkan.