Apa pengaruh iklim terhadap negara Myanmar?

idkuu, Myanmar - Tiga tahun lalu, para penduduk desa Ta Dar U, di Myanmar menyaksikan Sungai Sittaung di pantai tenggara Myanmar mendekat ke arah mereka disertai dengan gelombang pasang yang kuat dari Teluk Mottama yang mengikis tepiannya.

Akibat hal tersebut, 1.500 penduduk Ta Dar U terpaksa pindah agar terhindar dari hanyut.

Advertisement

BACA JUGA: Curhatan Petani Gorontalo, Menanti Hujan di Tengah Krisis Perubahan Iklim
BACA JUGA: Ini 3 Rekomendasi Transisi Energi Hijau di KTT G20 Bali
BACA JUGA: Pakar: Setahun Usai Kudeta, Situasi Myanmar Terparah Sejak Merdeka dari PD II

Baca Juga

  • Lewat G20, RI Diharap Bisa Lobi Negara Maju Beri Rp 1.436 T Lawan Perubahan Iklim
  • 5 Bahan Makanan yang Terancam Punah Akibat Efek Perubahan Iklim
  • Junta Myanmar Hancurkan Ratusan Rumah di Sagaing, 10 Ribu Warga Terpaksa Mengungsi

Mereka membongkar rumah-rumah kayu mereka, dan pindah beberapa kilometer ke pedalaman. Pindahan ini membuat mereka jauh dari ladang subur yang telah mereka tanam selama beberapa dekade.

Di mana kami sekarang melihat air, tanah pertanian kami dulu, kata petani Tint Khaing. Itu sangat besar, hampir tiga jam berjalan kaki. Kita semua kehilangan tanah pertanian kita ke laut.

Dilansir Channel News Asia, Kamis (27/2/2020), Ta Dar U adalah satu di antara ratusan desa di garis depan krisis iklim Myanmar, di mana pola cuaca ekstrem dan naiknya permukaan laut telah memperkuat dan mempercepat erosi alami.

Pemerhati lingkungan menganggap Myanmar sangat rentan terhadap perubahan iklim. Myanmar adalah satu di antara tiga negara teratas yang terkena dampak cuaca ekstrem antara 1998 dan 2018 pada Indeks Risiko Iklim Global, yang diterbitkan oleh Germanwatch.

Permukaan laut diproyeksikan naik sekitar 13 cm pada 2020 dan beresiko pada sekitar 2,5 juta penduduk pesisir, demikian kata Myint Thein, seorang konsultan air tanah yang berpusat di AS dan anggota komite sumber daya air alami Myanmar.

Banjir akan menjadi yang terburuk selama musim hujan dan air pasang, menyeret air asin ke tanah, katanya.

Erosi cepat telah melanda 10 desa dalam empat tahun terakhir, kata Jos van der Zanden, kepala penasihat teknis untuk Proyek Teluk Mottama, sebuah organisasi berbasis di Swiss yang memberikan bantuan kepada penduduk desa yang kehilangan tempat tinggal.

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA