Epilepsi adalah suatu bentuk kejang yang terjadi tanpa disertai demam, bisa dikatakan epilepsi jika kejang tersebut terjadi berulang minimal 2 kali. Apabila seorang anak mengalami kejang demam, itu berarti tidak serta merta dia mengalami epilepsi. Epilepsi bisa terjadi pada semua golongan umur (sejak bayi baru lahir dan anak-anak).
Penyebab epilepsi tergolong banyak, antara lain Idiopatik yaitu penyebab tidak diketahui dan Simptomatik yaitu akibat masalah struktural di otak (tumor, infeksi otak, kelainan bawaan), pemeriksaan genetik dipertimbangkan untuk beberapa kasus epilepsi. Seorang anak memiliki risiko untuk mengalami epilepsi lebih besar apabila di dalam keluarganya ada yang mengalami epileps juga. Namun, ada beberapa epilepsi yang memang sulit untuk disembuhkan dan Itu berkaitan dengan suatu gen tertentu, yang disebabkan akibat terjadinya mutasi dari gen tersebut, sehingga epilepsi yang dialami menjadi sulit untuk disembuhkan.
Gejala utama epilepsi yang pertama kali terlihat adalah kejang, namun bentuk kejang dapat berupa kaku dan lemas secara cepat, kaget-kaget atau seperti terdiam atau jatuh, dan kejadian ini terjadi berulang.
Untuk mendiagnosis epilepsi bisa dilakukan dengan melakukan beberapa cara antara lain pemindaian otak dengan MRI atau CT scan (pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat gambaran otak sehingga dapat mendeteksi kondisi yang abnormal), Electroencephalogram atau EEG (pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam otak yang dapat menyebabkan kejang) serta melakukan tes darah (pemeriksaan ini untuk mengetahui kondisi genetik, infeksi, atau kondisi lain yang terkait dengan kejang). Diagnosis yang akurat perlu dilakukan guna menentukan pengobatan yang efektif.
dr. Pandu Caesaria Lestari, Sp.A dalam siaran live dengan radio kesehatan, Kamis (25/11/2021) menjelaskan ada 2 tata laksana pada epilepsi yaitu tata laksana untuk kegawatdaruratan dan pemberian obat anti epilepsi. Seorang anak yang mengalami kejang berulang dan sudah di diagnosis memiliki epilepsi, maka dia harus mengonsumi obat anti epilepsi selama 2 tahun. Pemberian obat anti epilepsi harus dipastikan sesuai jamnya, agar obat tersebut bekerja dengan efektif. Setelah itu, akan dilakukan evaluasi pasca pengobatan selama 2 tahun dan apabila memang sudah bersih, maka obatnya akan diturunkan secara bertahap. Setelah terjadi pengobatan, tetap ada kemungkinan untuk berulang, namun menjadi jauh lebih kecil.
Penanganan saat terjadi kegawatan pada epilepsi yaitu apabila jika terjadi kejang umum (seluruh badan) poisisi tubuh dimiringkan (dalam posisi miring aliran napas akan berjalan dengan baik), baju yang terlalu ketat dibuka sedikit, berikan alas kepala, masukkan obat melalui dubur setelah 3 menit mengalami kejang. Apabila dalam waktu 5 menit tidak membaik, maka pemberian obat bisa diulang sebanyak 2 kali dan bersiap-siap untuk mentransport ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang terdekat. Setiap orang tua perlu memahami betul bagaimana cara memberikan obatnya, sehingga pengobatannya itu betul-betul efektif pada saat diberikan.
Perlu diketahui bahwa epilepsi adalah suatu penyakit yang tidak menular, dengan penangan yang tepat, seperti memberikan obat-obatan, berkonsultasi ke dokter secara rutin dan mengawasi aktivitasnya, risiko anak mengalami dampak epilepsi yang berbahaya dapat berkurang.
Narasumber: dr. Pandu Caesaria Lestari, Sp.A – RSAB Harapan Kita
**
Berita ini disiarkan oleh Kelompok Substansi Hukum, Organisasi dan Humas RSAB Harapan Kita. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Contact Center melalui nomor hotline 021-3973-1255, SMS 0819-0417-4444, faksimili (021) 567-3832, dan alamat email info[at]rsabhk[dot]co[dot]id
Liputan6.com, Jakarta Otak adalah salah satu organ dalam tubuh yang perannya sangatlah penting. Pusat dari semua sistem tubuh berasal dari otak. Tak heran jika ada gangguan sekecil apapun di dalam otak, akan memengaruhi kinerja sistem tubuh lainnya.
Otak adalah pusat dari semua sistem saraf. Manusia memiliki volume otak sebesar 1350 cc yang terdiri dari 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mampu mengatur sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh seperti tekanan darah, cairan tubuh, suhu tubuh dan detak jantung. Jika otak mengalami permasalahan maka akan dapat memengaruhi fungsi tubuh lainnya.
- Kenali Penyakit Epilepsi, Penyebab dan Cara Penanganan di Rumah
- Ini 6 Fakta Epilepsi yang Wajib Diketahui
- Diberi Ganja, Seorang Remaja Epilepsi Tak Lagi Kejang-Kejang
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyakit Ayan atau Epilepsi
Penyakit Ayan (sumber: istockphoto)
Salah satu masalah atau penyakit yang menyerang sistem saraf otak adalah epilepsi. Epilepsi atau banyak orang yang menyebutnya dengan ayan merupakan penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia. Bahkan sekitar 50 juta orang di dunia menderita penyakit ayan.
Penyakit Ayan atau epilepsi adalah sebuah gangguan pada sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal. Hal ini kemudian menimbulkan reaksi seperti kejang, perilaku yang tak biasa bahkan hingga hilang kesadaran.
Sebagian besar masyarakat mengenal penyakit ayan melalui kejang yang dialami seseorang secara tiba-tiba. Kejang ini muncul akibat impuls listrik pada otak yang melebihi batas normal. Listrik yang kelebihan tersebut kemudian tersalurkan ke otot tubuh sehingga menimbulkan reaksi kejang.
Kejang yang dialami oleh setiap orang berbeda-beda, ada yang hanya berlangsung beberapa menit atau hanya sekedar terjadi gerakan pada lengan atau pergelangan kaki. Bahkan ada yang hanya seperti memandang dengan tatapan kosong.
Ada beberapa penyebab yang bisa memicu penyakit ayan. Dirangkum Liputan6.com, Senin (18/3/2019) berikut beberapa hal yang dapat menjadi penyebab penyakit ayan yang dapat kamu perhatikan.
Dari kebanyakan kasus yang ditemukan, sebenarnya secara spesifik penyebab penyakit ayan belum diketahui. Namun yang pasti, penyakit ayan adalah penyakit yang terjadi akibat adanya masalah pada sistem saraf otak. Sehingga penyebab penyakit ayan bisa terpengaruh oleh beberapa hal berikut ini:
1. Kondisi otak
Penyakit ayan bisa disebabkan adanya kerusakan pada otak. Kondisi otak yang bermasalah seperti adanya tumor atau penyakit stroke dapat memicu terjadinya penyakit ayan. Bagi orang dewasa, mengalami stroke dapat menjadi salah satu penyebab penyakit ayan.
2. Keturunan atau genetik
Penyebab penyakit ayan selanjutnya dapat disebabkan karena keturunan atau genetik. Seseorang menderita penyakit ayan bisa diturunkan melalui gen yang berasal dari keluarganya. Gen merupakan salah satu penyebab utama seseorang bisa menderita penyakit ayan ini. Bahkan sifat kejangnya pun dapat bergantung dari gen ayan yang diturunkan dari keluarganya.
3. Adanya cedera pada kepala
Selanjutnya, adanya cedera atau kerusakan pada kepala. Hal ini dapat memicu seseorang menjadi memiliki penyakit ayan. Cedera pada kepala bisa disebabkan kecelakaan, terjatuh, terbentur atau cedera traumatik lainnya.
4. Cedera saat hamil
Seorang wanita yang tengah mengandung dan mengalami sebuah gangguan pada kehamilannya dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan mengidap penyakit ayan. Di dalam kandungan, bayi sangat sensitif terhadap kerusakan otak. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kekurangan oksigen, nutrisi yang buruk selama mengandung dan adanya infeksi pada sang ibu.
5. Gangguan perkembangan
Penyakit ayan juga bisa disebabkan adanya gangguan pada perkembangan seperti autisme dan neurofibromatosis. Walaupun hanya ditemukan sebagian kecil pada kasus penyakit ayan.
Gejala Penyakit Ayan
Secara umum, gejala utama dari penyakit ayan adalah kejang-kejang. Kejang yang ditimbulkan sesuai dengan gangguan bagian otak yang terjadi masalah dan seberapa jauh gangguan tersebut memengaruhi saraf otaknya.
Ada dua kejang yang dapat dibedakan yaitu kejang parsial dan kejang umum. Berikut penjelasannya:
1. Gejala parsial yaitu gangguan saraf yang menyerang sebagian otak. Pada gejala parsial terdapat dua kategori yaitu kejang parsial simpel yang penderitanya masih dalam keadaan sadar saat penyakit ayan kambuh dan kejang parsial kompleks. Kejang parsial kompleks membuat penderitanya seperti terganggu pada fungsi geraknya dan merasa bingung, tatapan kosong atau setengah sadar.
2. Kejang umum adalah gangguan saraf otak yang menimbulkan reaksi secara menyeluruh pada tubuh penderita. Berikut beberapa gejalanya:
- Kejang tonik (kaku)
- Kejang atonik (lemas sampai terjatuh)
- Kejang klonik (gerakan ritmis yang menyerang leher, wajah atau lengan)
- Mengeluarkan suara teriakan saat kejang
- Sulit bernapas bahkan hingga pucat
- Mata terbuka saat kejang
- Tak sadarkan diri
Cara Mengobati Penyakit Ayan
Beberapa ahli medis menjelaskan belum adanya metode dan obat untuk menyembuhkan penyakit ayan. Namun terdapat beberapa obat yang mampu mencegah terjadinya kejang. Obat tersebut adalah obat antiepilepsi atau OAE. Dengan mengonsumsi obat tersebut, penderita diharapkan dapat mampu selalu melakukan aktivitas dan kegiatannya sehari-hari dengan normal.
Cara lainnya yang dapat dilakukan adalah selalu waspada dan berhati-hati setiap melakukan aktivitas. Seperti menggunakan helm saat berkendara, mulai dengan melakukan pola hidup yang sehat, mengonsumsi banyak makanan yang sehat dan seimbang, menghindari merokok, mengurangi konsumsi minuman beralkohol dan selalu memeriksa kesehatan secara rutin terutama pada tekanan darah.
Untuk pengobatan penyakit ayan di rumah, ada beberapa bahan rumahan yang bisa membantu untuk menangani penyakit ayan, antara lain:
1. Air kelapa
2. Susu
3. Bawang putih yang dicampur dengan air dan susu hangat
4. Garam epsom
5. Jus buah dan air putih