apa ciri-ciri motif batik pesisir

Jakarta, CNN Indonesia -- Filosofi batik peranakan adalah doa dan harapan kepada keturunan, yang dilambangkan melalui motif-motifnya. Sehelai seprai batik tua dan langka, misalnya, memiliki motif hewan mitologi fighting spirit dan qilin.

Qilin menggambarkan bakal munculnya orang penting di dalam keluarga, sedangkan fighting spirit adalah ikan yang akan berubah menjadi naga jika dia berhasil berenang melawan arus.

Pilihan Redaksi
  • Batik Masih Diminati Meski Kain Tradisional Mulai Tenar
  • Kreasi Didi Budiardjo Mengawinkan Warna dan Kain Tua
  • Dulu, Menenun Sempat Dilarang
  • Keindahan nan Memikat Kain Timor
  • Jaket Mangkuk Ayam Jago Joe Jonas Buatan Desainer Indonesia
Sprei seperti ini hanya milik kapiten-kapiten China yang mengerti falsafah hidup, ujar kolektor batik langka Hartono Sumarsono saat pembukaan Pameran The Beauty of Chinese Art Influence on Batik di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis (18/2).


Pameran untuk menyemarakkan Imlek dan Cap Go Meh ini digelar pada 18 Februari 20 Maret 2016 dan menampilkan batik-batik pesisir koleksi Galeri Batik Yayasan Batik Indonesia (YBI).

Hartono Sumarsono adalah juga pendiri toko Batik Kencana Ungu dan Batik Citra Lawas. Dia mulai mengoleksi batik-batik kuno Nusantara sejak 1986, berangkat dari keprihatinan ketika tahu batik-batik tersebut diboyong ke luar Indonesia oleh kolektor-kolektor asing.

Kini, koleksinya sudah melebihi 300 helai batik dari yang berusia 50 tahun (batik Pekalongan) hingga 150 tahun (seprai dari Lasem bermotif naga dan burung hong). Ragam hiasnya antara lain Von Franquemont, batik dongeng dari Metzelaar (motif Roodkapje, Si Topi Merah dan Serigala), Van Zuylen, dan Padmo Soediro (bangsawan Jawa, kepala urusan rumah tangga Lies van Zuylen).

Batik pesisir tak lepas dari kedatangan orang China ke Pulau Jawa, 1000 tahun lalu, pada abad ke-12 dan ke-13. Yang datang adalah para lelaki tanpa (membawa) istri.

Mereka kemudian menikah dengan perempuan setempat, sehingga keturunannya menjadi Jawa dan China peranakan.

Kaum perempuan China peranakan mengadopsi pakaian ibu mereka, yakni kain batik dan kebaya. Berikutnya, masyarakat keturunan China mengenakan batik yang bukan betul-betul dari China, melainkan batik setempat.

Awalnya kain batik yang dipakai merupakan buatan rakyat lokal. Selanjutnya mereka mengupah perajin untuk membuat batik dengan motif yang mereka tentukan, yang diambil dari motif sulaman sutera, porselin, atau furniture China.

Tokwi (kain altar) tadinya dibuat hanya dari sulaman China. Namun ketika akulturasi muncul, tokwi juga dibuat dari batik. Selain itu, batik pesisir juga dijadikan tutup nampan hantaran, gordidjn dan muili untuk pengantin, taplak meja, runner/looper, hingga hadiah ulang tahun perkawinan emas.

Pada masa ini hidup pembatik China peranakan terkenal, yakni Oey Soe Tjoen/Kwee Netie dari Pekalongan dan Lie Boen In dari Kudus, yang terkenal galak. Kalau hasil batik kurang bagus, mereka akan menyobek namanya di ujung kain agar reputasi mereka tidak rusak.

Demikian hidupnya batik pesisiran, Bung Karno, pada awal 1960-an, pernah meminta budayawan Jawa Gow Thiek Swan membuat batik Indonesia. Caranya dengan menggabungkan dua aliran besar batik di Pulau Jawa, yakni motif batik pedalaman (kraton Solo-Yogya) dengan warna batik pesisiran.

Sebetulnya itu sudah dilakukan pembatik-pembatik terdahulu. Sekarang, apalagi, lebih banyak lagi, ujar Hartono.

Batik pesisir banyak mendapat pengaruh budaya China. (CNN Indonesia/Silvia Galikano)


Berikut ulasan singkat dari Hartono Sumarsono tentang kota-kota di pesisir Jawa yang terkenal dengan batik pesisir/batik peranakan:

Lasem

Menurut Babad Lasem, orang-orang China datang ke Lasem sejak 1334 M. Motif batik peranakan khas Lasem antara lain porselen China, burung hong, furniture, qilin, qilin sung tze (anak-anak qilin) dan banji/swastika.

Selain itu, kisah-kisah legendaris China juga dijadikan motif, seperti Hai Liong Ong, tentang kaisar dasar laut, dipercaya dapat membuat perempuan yang mengenakan kain ini mudah hamil.

Cerita lain yang juga kerap dijadikan ragam hias adalah kisah Sampek Engtay dengan kekhasan gambar sepasang kupu-kupu, lambang Sampek dan Engtay, dua kekasih yang tak dapat bersatu. Ada batik langka yang bukan hanya bergambar kupu-kupu, melainkan juga tulisan sampek engtay.

Garut dan Tasikmalaya

Batik Tasikmalaya sebelumnya relatif sederhana, hanya warna hitam dan sogan. Namun sejak ada orang China yang pindah dari Batang, Jawa Tengah dan membawa ciri-ciri batik Pekalongan, batik Tasikmalaya jadi lebih berwarna serta mulai dikenal motif anggrek cattleya.

Batik tersebut disebut centongan, mengacu kepada pembuatnya yang bernama Tan Chen Tong, dan terkenal pada era 1930-an.

Cirebon dan Indramayu

Batik Cirebon punya ciri khas motif cocolan yang didapat dengan cara menusukkan jarum ke kain agar muncul motif titik-titik halus. Selain itu, pengaruh China diwakili motif burung hong.

Tokwi (kain altar) batik pesisiran. (CNN Indonesia/Silvia Galikano)


Banyumas

Pengaruh China hadir lewat motif qilin dan burung hong. Batik Banyumas dikenal juga dengan sebutan batik materos.

Pekalongan

Jans, orang Belanda pembuat motif batik di Pekalongan, menambahkan motif teratai ke dalam batik Pekalongan. Masyarakat menyebutnya batik blorong, terkenal pada 1930-an.

Pada 1950-an, muncul motif buketan yang berbeda, yakni ke atas dan ke bawah, bunga seruni, dan bunga peony.

Di Pekalongan, motif parang menang dikenakan saat menghadiri pernikahan, sedangkan motif kelengan (toa ha) dipakai pada saat berkabung.

Batik jawa hokokai

Masa pendudukan Jepang yang hanya tiga tahun di Indonesia (1942-1945), tapi memberi pengaruh terhadap batik di Indonesia, yang disebut batik jawa hokokai. Batik jawa hokokai berciri adanya tambahan warna kuning yang sebelumnya tidak pernah ada di batik Nusantara, dan motif bunga sakura.

Batik jawa hokokai diciptakan para pengusaha China untuk menyesuaikan diri dengan pemerintahan Jepang. Nama motif ini diambil dari organisasi propaganda Jepang, Jawa Hokokai, untuk menciptakan kemakmuran di Asia.

Batik Jawa Hokokai dibuat dalam bentuk batik pagi-sore sebagai akibat kelangkaan bahan batik pada Perang Dunia II dan sampai sekarang terus bertahan dalam bentuk itu.

Kudus

Batik kudus tergolong rumit, dari ujung ke ujung - depan dan belakang diberi titik, dan hampir tak terlihat ciri khas kechinaannya. Andai pun ada yang menonjol adalah motif burung hong.

Lasem

Batik Lasem sangat kental unsur Chinanya melalui dominasi motif qilin, burung hong, dan macan. Warna hitam didapat dari warna merah yang ditumpuk dengan warna biru.

Batik Lasem kuno memiliki ciri tumpal berada di tengah-tengah kain. Baru belakangan, tumpal diletakkan di tepi.


Sidoarjo

Batik Sidoarjo tampak seperti lukisan China. Di sana ada motif burung, buketan, dan teratai.

Kekhasan batik Sidoarjo, dasarnya terlihat seperti kotor karena terdiri dari dua warna. Setelah dicelup dengan warna tanah, dimasukkan lagi warna hitam samar.

Solo

Solo, meski bukan daerah pesisir, juga mengenal batik peranakan yang disebut batik tiga negeri. Asal sebutan itu adalah pewarnaan sehelai kain dilakukan di tiga daerah, yakni warna merah di Lasem, hitam di Solo, dan biru di Pekalongan.

Namun dalam dua dekade ini, kualitas batik tiga negeri menurun. Pewarnaan juga hanya dilakukan di dua tempat, Lasem dan Solo.

(sil/sil)

Video

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA