3 golongan yang tidak diajak bicara oleh Allah rumaysho

Jakarta -

Kamu merasa jadi muslim yang miskin dan sombong? Jika iya, sebaiknya karakter tersebut segera diubah. Pasalnya, kamu bisa jadi termasuk golongan yang tidak dilihat alias dicuekin Allah SWT saat hari kiamat.

"Terdapat tiga kelompok manusia yang pada hari kiamat tidak dihiraukan Allah SWT sama sekali. Karena tidak dihiraukan Allah golongan ini semakin tersiksa," tulis buku Ensiklopedia Kiamat yang ditulis TIM GIP.

Buku tersebut mengutip hadits Nabi SAW tentang golongan yang tidak dilihat Allah SWT saat hari kiamat. Berikut haditsnya yang diambil dari kitab Riyadhush Shalihin

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الشَّيْخُ الزَّانِي وَالْعَائِلُ الْمَزْهُوُّ وَالْإِمَامُ الْكَذَّابُ

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dia berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ibnu 'Ajlan dia berkata, Aku mendengar Bapakku bercerita dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda, "Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat: seorang yang sudah tua berzina, orang miskin namun sombong, dan pemimpin yang pendusta." (HR An Nasai).

Selain tiga golongan tersebut, Rasulullah SAW menjelaskan kembali kelompok yang tidak dipandang Allah SWT saat hari kiamat. Berikut haditsnya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِم؛ْ رَجُلٌ حَلَفَ عَلَى سِلْعَةٍ لَقَدْ أَعْطَى بِهَا أَكْثَرَ مِمَّا أَعْطَى وَهُوَ كَاذِب،ٌ وَرَجُلٌ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ كَاذِبَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ لِيَقْتَطِعَ بِهَا مَالَ امْرِئٍ مُسْلِم،ٍ وَرَجُلٌ مَنَعَ فَضْلَ مَاءٍ فَيَقُولُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْيَوْمَ أَمْنَعُكَ فَضْلِي كَمَا مَنَعْتَ فَضْلَ مَا لَمْ تَعْمَلْ يَدَاكَ

Artinya: Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda: "Ada tiga golongan yang Allah tidak mengajak mereka bicara pada hari kiamat dan Allah juga tidak akan memandang mereka (yaitu) (1) Seseorang yang bersumpah dalam dagangannya sehingga bisa diberi lebih banyak daripada biasanya, dan ia dusta dalam sumpahnya. (2) Seseorang yang melakukan sumpah dusta setelah 'ashar dengan ambisi bisa mendapatkan harta orang muslim lainnya. (3) Dan seseorang yang menahan kelebihan air (tidak berbagi), sehingga Allah pada hari kiamat berfirman 'Saya sekarang menahan kurnia-Ku sebagaimana engkau pernah menahan kelebihan air yang kedua tanganmu tidak bekerja karenanya." (HR Al-Bukhari).

Bagaimana agar terhindar dari golongan yang tidak dilihat Allah saat hari kiamat?

Bagi yang tidak ingin masuk dalam kelompok tersebut, sebaiknya segera memperbaiki ketaatan pada Allah SWT. Selain itu, sunnah yang telah diajarkan Rasulullah SAW bisa dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Nabi SAW dalam hadits telah mengingatkan umatNya untuk memperbaiki amalan, salah satunya salat. Amalan salat menjadi yang kali pertama dihisab saat hari kiamat. Berikut haditsnya

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ - عَزَّ وَجَلَّ - : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا ))

Artinya: Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari salat wajibnya, maka Allah Ta'ala berfirman, 'Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki salat sunnah.' Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya." (HR Tirmidzi).

Dengan penjelasan ini semoga kita terhindar dari golongan yang tidak dilihat Allah SWT pada hari kiamat dengan selalu memperbaiki amalan.

Simak Video "Semakin Cerdas, Semakin Mungkin Berbohong"



(row/lus)

ISBAL TANPA NIAT SOMBONG TETAP HARAM

Pertanyaan
Ada sebagian orang yang mengatakan isbâl itu kalau tidak karena sombong maka ia tidak berdosa, dia juga berdalil dengan hadits juga, bagaimana membantahnya ?

Jawaban.
Syaikh Bin Bâz rahimahullah pernah ditanya tentang hukum isbâl yang tanpa disertai kesombongan. Seperti isbâl yang sudah menjadi kebiasaan. Beliau rahimahullah menjawab :

Dalam hadits shahih disebutkan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ

Kain yang berada dibawah mata kaki itu berada di neraka. [HR Imam Bukhari dalam Shahihnya]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ : الْمُسْبِلُ إِزَارَهُ وَالْمَنَّانُ فيما أعطى وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

Ada tiga (golongan) orang yang tidak diajak bicara, tidak diperhatikan dan tidak disucikan oleh Allâh Azza wa Jalla pada hari kiamat dan mereka mendapatkan adzab yang pedih yaitu (pertama) orang yang memanjangkan sarung (pakaiannya melebihi mata kakinya), (kedua) orang yang sering menyebut-nyebut pemberiannya (sehingga menyakiti orang menerima) dan (ketiga) orang yang menjualnya barangnya dengan sumpah palsu. [HR. Imam Muslim dalam kitab Shahih beliau rahimahullah]

Hadits-hadits yang semakna dengan dua hadits di atas banyak sekali. Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa isbâl (memanjangkan pakaian sampai menutupi mata kaki) itu haram secara mutlak. Meskipun orang yang melakukannya mengaku bahwa dia melakukan itu tanpa niatan sombong. Karena perbuatan itu sendiri merupakan jalan yang menyeretnya kepada kesombongan[1]. Disamping itu juga, dalam perbuatan isbâl itu terdapat unsur (berlebih-lebihan) dan pakaian juga beresiko terkena najis dan kotoran.

Jika perbuatan isbâl itu disertai niatan sombong berarti itu akan lebih berat dan dosanya akan lebih besar. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Orang yang memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allâh Azza wa Jalla tidak akan melihatnya pada hari Kiamat. [HR. Imam Bukhari]

Batas pakaian seorang Muslim itu adalah dua mata kaki. Jadi seorang Muslim yang laki-laki tidak boleh memanjangkan pakaiannya melewati mata kakinya, berdasarkan hadits yang sudah disebutkan. Berbeda dengan kaum hawa. Karena mereka disyari’atkan agar pakaiannya menutupi kedua tumitnya.

Adapun hadits yang menceritakan tentang sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakar Radhiyallahu anhu ketika beliau Radhiyallahu anhu mengatakan, “Sesungguhnya sarungku menjulur kecuali aku menjaganya.” Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكَ لَسْتَ مِمَّنْ يَفْعَلُهُ خُيَلَاءَ

Engkau bukan termasuk orang yang melakukannya karena sombong

Maksud hadits ini adalah orang yang pakaiannya melorot atau menjulur tanpa ada unsur kesengajaan dan dia terus berusaha menjaganya supaya tetap tinggi, maka dia tidak terkena ancaman ini. Karena dia tidak sengaja melakukannya adn tidak bermaksud sombong serta dia tidak membiarkan begitu saja, bahkan dia terus berusaha menjaganya supaya tetap tinggi dan menahannya agar tidak jatuh.

Ini sangat berbeda dengan orang yang dengan sengaja dan sadar memanjangkan pakaiannya. Orang seperti ini dianggap menyimpan niat sombong. Dan kelakuannya itu sendiri merupakan sarana yang bisa menyeretnya kepada sebuah kesombongan. Masalah niatnya yang ada dalam hatinya hanya Allâh Azza wa Jalla yang mengetahuinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutlakkan peringatan terhadap perbuatan isbâl ini dalam banyak hadits. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan, “kecuali orang yang melakukannya tanpa niat kesombongan.” Oleh karena itu wajib bagi seorang Muslim untuk menghindari dan menjauhi apa yang diharamkan oleh Allâh Azza wa Jalla , menjauhi segala hal yang bisa mendatangkan murka Allâh Azza wa Jalla dan berhenti pada batasan Allâh Azza wa Jalla demi mengharapkan pahala Allâh Azza wa Jalla dan takut terhadap adzab-nya. Sebagai realisasi dari firman-Nya :

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh amat keras hukumannya. [al-Hasyr/59:7]

Baca Juga  Pengertian Merubah Ciptaan Allah, Hukum Merapikan Gigi Wanita

Dan juga firman Allah Azza wa Jalla.

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴿١٣﴾وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ

(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allâh. Barangsiapa taat kepada Allâh dan Rasul-Nya, niscaya Allâh akan memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa mendurhakai Allâh dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allâh memasukkannya ke dalam api neraka dan ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. [an-Nisâ’/4:13-14]

Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik kepada seluruh kaum Muslimin untuk melakukan apa yang diridhai Allâh dan apa yang mendatangkan kebaikan bagi kaum Muslimin dalam urusan agama maupun dunia mereka. Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla tempat memohon terbaik.

Pembahasan ini juga bisa penanya dapatkan dalam Majmu Fatawa Wa Rasail, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin 12/305-309 dan al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih Fauzan 3/324.

Demikian jawaban Syaikh Bin Baz rahimahullah [2]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XV/1432/2011M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] ________ Footnote

[1]  Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan dengan tegas bahwa isbâl itu wujud dari kesombongan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA