2. sebutkan peranan pemerintah indonesia dalam perkembangan iptek!

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS
HM.4.6/183/SET.M.EKON.3/07/2021

Kemajuan IPTEK untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Inovasi

Jakarta, 15 Juli 2021

Hingga hari ini, pandemi Covid-19 masih melanda seluruh negara di Dunia, termasuk Indonesia. Perkembangan pandemi Covid-19 di skala global penuh dengan dinamika. Pada awal tahun 2021, tingkat penularan dan kematian harian secara global telah menunjukkan tren penurunan. Namun, memasuki akhir Juni 2021 kembali menunjukkan peningkatan, dan ditambah dengan adanya kekhawatiran varian baru Covid-19 dengan tingkat penularan yang lebih cepat, bahkan pada sejumlah negara kembali dilakukan pengetatan termasuk di Indonesia.

Pemerintah terus berupaya memitigasi dampak pandemi guna menjaga momentum pemulihan kesehatan dan ekonomi, khususnya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan konsumsi dan investasi melalui beberapa strategi. Di antaranya adalah PPKM Mikro yang dilonggarkan atau diperketat berdasarkan perkembangan situasi pandemi dan akselerasi vaksinasi untuk mencapai herd immunity dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.

“Saya berharap Institut Teknologi Indonesia (ITI)-PII bisa membantu pemerintah untuk membuat central vaksin di kampus ITI yang sekarang tidak digunakan untuk mahasiswa kegiatan belajar,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam memberikan keynote speech pada talkshow ITI-PII Young Innovation Award secara virtual, Kamis (15/7).

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak lagi hanya bertumpu pada faktor produksi konvensional seperti penambahan kapital dan tenaga kerja, melainkan juga dipengaruhi oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Faktor ini akan mendorong suatu negara untuk secara lebih efisien menyediakan barang dan jasa serta meningkatkan daya saing usaha. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perhatian harus diberikan pada strategi kebijakan yang mendorong inovasi, termasuk penempatan anggaran negara untuk dialokasikan pada pos Iptek, riset, dan inovasi.

Penempatan anggaran riset/Litbang atau Gross Expenditure on Research and Development (GERD) dinyatakan dalam persentase terhadap PDB nasional, meliputi empat sektor yakni Litbang Pemerintah, Litbang Perguruan Tinggi, Litbang Industri, dan Litbang Non-Government Organization (NGO), dengan kegiatan riset mencakup penelitian dasar, penelitian terapan, dan pengembangan eksperimental. Dibandingkan dengan negara-negara di dunia, nilai GERD Indonesia masih terbilang rendah, yang berarti porsi penempatan anggaran untuk pos Iptek, riset dan inovasi masih perlu ditingkatkan.

“Untuk mendorong peran industri lebih besar dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Super Tax Deduction Vokasi hingga 200%,” ujar Menko Airlangga.

Tautan antara pembangunan Iptek dengan pembangunan ekonomi terjadi ketika teknologi yang dihasilkan dapat mendukung dalam kegiatan ekonomi. Sebaliknya, kemajuan perekonomian dan peningkatan persaingan juga akan menciptakan kebutuhan teknologi baru. Agar “simbiosis mutualisme” antara pembangunan Iptek dengan pembangunan ekonomi dapat terbentuk, maka pengembangan teknologi perlu berorientasi pada kebutuhan atau persoalan nyata (demand-driven).

Pemerintah bekerja sama dengan swasta membantu seluruh pihak termasuk usaha mikro kecil untuk on boarding dan melakukan servisifikasi, melalui kegiatan peningkatan SDM Digital, pembuatan Database Digital, Literasi Digital, dan Pembangunan Infrastruktur Digital. Upaya-upaya tersebut akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan ekspor. Indonesia akan dapat keluar dari middle income trap lebih cepat yaitu pada tahun 2037.

“Saya mengucapkan selamat mengikuti acara ITI – PII Young Innovation Award dan berharap kepada seluruh peserta dapat memberikan kontribusi untuk turut menciptakan iklim inovasi yang maju dan bermanfaat untuk pemulihan ekonomi Indonesia. Hal ini juga saya sangat mengapresiasi peran ITI dan PII dalam menumbuhkan kecintaan terhadap teknologi, dan menciptakan iklim inovasi melalui pemberian penghargaan produk inovasi kepada generasi muda,” pungkasnya.

Turut hadir dalam talkshow tersebut, Kepala Badan Riset & Inovasi Nasional Dr. Laksana Tri Handoko, MSc. , Komisaris PT. Telekomunikasi Indonesia Prof. Bambang Sumantri Brodjonegoro SE, MUP, Ph.D , Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia Dr. Ir. Heru Dewanto, IPU. , Rektor Institut Teknologi Indonesia Dr. Ir. Marzan Aziz Iskandar, IPU. (frh/hls)

***

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Haryo Limanseto

Website: www.ekon.go.id Twitter, Instagram, Facebook, & Youtube: @PerekonomianRI Email:

LinkedIn: Coordinating Ministry for Economic Affairs of the Republic of Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil riset Pusat Penelitian Perkembangan Iptek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Pappiptek LIPI) menyimpulkan, proses penciptaan,  pengembangan dan pemanfaatan Iptek di Indonesia masih berjalan di tempat dan belum sesuai seperti yang diharapkan. Hal itu dikemukakan Kepala Pappiptek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Husein Avicenna dalam seminar bertema "Peran Jejaring dalam Meningkatkan Inovasi dan Daya Saing Bisnis" di Jakarta, Senin (10/10/2011), yang dihadiri Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, dan Ketua Komite Inovasi Nasional Zuhal.

"Hasil penelitian Pappiptek memperlihatkan bahwa interaksi antarsistem inovasi, yakni kalangan akademis (peneliti), pemerintah dan dunia bisnis, masih lemah," kata Husein.

Ia juga mengungkapkan, pembangunan struktur industri manufaktur Indonesia juga masih didominasi produk-produk dengan kandungan teknologi rendah yang tidak banyak membutuhkan riset.  

"Nilai output produk manufaktur dengan kandungan teknologi rendah jauh lebih besar ketimbang nilai output produk manufaktur dengan kandungan teknologi menengah rendah, teknologi menengah tinggi dan teknologi tinggi," ujarnya.   

Sementara itu, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Lukman Hakim mengatakan, masalah umum yang dihadapi negara ini adalah tidak adanya interaksi antara aktor yang terlibat dalam sistem Iptek dengan sektor produksi nasional.  

Hal yang dilakukan para peneliti tidak teraplikasikan di dunia industri dan apa yang dikerjakan dunia industri tidak menggunakan hasil riset dalam negeri karena hanya mengimpor teknologi dari luar. Sementara itu, regulasi pemerintah kurang mendukung keterkaitan ketiganya.

"Hal ini menyebabkan sektor produksi nasional menjadi kurang berkembang dan semakin tergantung pada bahan-bahan dan teknologi impor," ujarnya.

Lukman mengatakan, tahapan pengembangan Iptek dimulai dari kegiatan penelitian diikuti dengan tahap pengembangan dan demonstrasi hasilnya.

"Peran penting pemerintah dalam pengembangan Iptek dimulai pada fase kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) seperti kebijakan soal dana dan fasilitas riset yang memacu kegiatan penelitian," katanya.

Di lain pihak, sektor swasta memainkan peran penting pada fase demonstrasi dan penyebaran (produksi dan pemasaran) hingga bermanfaat bagi masyarakat.

"Semua peran ini semestinya berjalan secara sinergi untuk hasil yang dinginkan," ujar Lukman.

Ia menjelaskan, pengalaman negara lain membuktikan bangsa yang memiliki dan menguasai Iptek menjadi bangsa kuat, disegani serta dihormati bangsa lain, walaupun tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah.

"Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea, dan Singapura cenderung memperkuat kemampuannya dalam bidang Iptek dengan mengombinasikan kebijakan Iptek dengan kebijakan industri secara efektif," papar Lukman.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Lihat Foto

pexels/@fauxels

Ilustrasi teknologi.

KOMPAS.com - Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sudah terjadi di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda.

Awal mula perkembangan IPTEK di Indonesia terjadi setelah Belanda memperkenalkan persenjataan modern, alat transportasi, dan kendaraan tempur kepada rakyat pribumi.

Perkembangan IPTEK di Indonesia sebelum abad ke-20 tentunya masih berdasarkan kebutuhan sehari-hari dan dipengaruhi oleh kolonial Belanda.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Perkembangan IPTEK sangat terlihat memberikan dampak bagi kemajuan negara Indonesia.

Lantas, bagaimana sejarah perkembangan IPTEK di Indonesia?

Baca juga: Perkembangan Teknologi Manusia Purba

Perkembangan IPTEK di Indonesia jauh lebih terlihat setelah bangsa penjajah menyingkir dari Nusantara.

Hal ini didorong dengan terbukanya segala akses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan serta teknologi bagi masyarakat Indonesia.

Sedikit demi sedikit, rakyat Indonesia mulai belajar di sekolah-sekolah yang sudah dibuka untuk kalangan umum.

Berbekal ilmu tersebut, rakyat Indonesia pun mulai melakukan berbagai inovasi untuk mengembangkan IPTEK di Indonesia.

Pada 1962, televisi mulai diperkenalkan di Indonesia. Bermula dari siaran Televisi Republik Indonesia (TVRI), kemudian disusul dengan banyaknya siaran televisi swasta lainnya.

Baca juga: Sejarah Penemuan Televisi

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA